Selasa, 20 Januari 2015

Dari Hati Sampai Mati

Dari Hati Sampai Mati
Hari ini adalah hari pertama seleksi wartawan di
SFM Studio. SFM studio adalah suatu Perusahaan
penerbit Koran yang cukup terkenal di Jakarta. Oh iya,
nama gua Jumhur Nur Ultan Shan. Biasa dipanggil
"Jum", "Jung", atau "cyin". Ehh sebenernya yang "cyin"
engga hehe.
Gua bangun pagi banget bahkan sebelum adzan
subuh berkumandang. Udah mandi, udah ganteng, gua
bener-bener siap untuk seleksi hari pertama. Sambil
menunggu, gua pun membuka gadget kesayangan untuk
sekadar online game Clash Of Clans. Tak terasa sudah
jam 6 pagi dan gua pun sarapan lalu berangkat ke
tempat seleksi dengan naik bis. Sampai di gedung SFM
Studio, gua mulai absen kehadiran untuk seleksi
pertama, yap gua dapet nomor peserta 9. Gua Makin
bersemangat aja karena dapet nomor favorit.
Seleksi pertama berbentuk ujian tertulis seputar
wartawan. Gua duduk disebelah perempuan pake baju
pink yang keliatannya cukup berotot dan mukanya agak
jutek. Yap dia adalah peserta nomor 10. Dipertengahan
menjawab soal ujian, gua ragu dengan beberapa
jawaban gua. Bahh sialnya, gua gak bawa penghapus.
39
Gua lihat peserta nomor 10 punya dua penghapus. Agak
takut juga sih, pinjem penghapus ke perempuan yg
belum dikenal ditambah mukanya jutek dan badannya
agak berotot.
"kak, boleh pinjem penghapusnya gak?" Tanya
gua, baik.
"iyaa boleh. Nihh," balasnya lembut
"makasih yaa," balas gua lagi
Sesudah meminjam penghapus, gua lanjut lagi
mengerjakan soal ujian. "Tok! Tok! Tok!" Yap waktu
mengerjakan sudah habis. Gua mengembalikan
penghapus tadi ke peserta yang bernomor 10. Ketika
keluar ruangan, gua cukup kepikiran sama itu
perempuan. Tapi gua gak cukup jantan untuk maju
kenalan sama perempuan. Hari itu, dia gua lupain.
Hari kedua seleksi, kali ini adalah tes berbicara di
depan umum. Karena nomor peserta gua berdekatan
dengan perempuan kemaren, jadi hari ini dia ngantri
persis dibelakang gua. Hari ini dia pake baju pink lagi
dan motif bajunya hampir sama kayak motif baju pink
yang dia pake kemarin. Well ini perempuan cukup
mengganggu fokus gua hari ini. Gua coba beraniin diri
untuk menanyakan namanya.
"hai," gua memulai pembicaraan.
40
"hai juga," balas peserta perempuan yang duduk
disebelah gua.
"hmm, nama lo siapa?"
"Sofia hehe.., kalo lo?" tanya ia balik.
"Gua Jumhur. Oh iyaa, makasih ya penghapusnya
kemaren. Gua kelupaan bawa, hehe."
"iyaa gapapa, elu sih teledor sampe lupa bawa
penghapus haha," tawa Sofia.
Dan percakapan singkat itu membuat gua makin
kepikiran sama dia. Maklum saja, gua udah hampir 14
bulan gak ngobrol sama cewek, kecuali nyokap sama
adek gua. Ketika gua masuk ruang tes, gua bener-bener
hilang fokus. Dan waktu pengujinya nanya beberapa hal,
gua cuma jawab beberapa patah kata. Gua agak nyesel
karena gak bisa ngasih yg terbaik di tes berbicara itu.
Setelah keluar dari ruangan tes, gua berhenti sejenak.
Gua kepikiran lagi sama sofia. Yaa, sip, gua udah tau
namanya sekarang.
Gua mencoba beranikan diri untuk mengajak dia
makan siang di kantin. Gua menunggu sekitar 30 menit
diluar ruang tes tadi. Dan tak lama kemudian, dia keluar.
"Ekhemm.. Udah?" tanya Gua, memulai obrolan.
41
"Udah dong.. Lu tadi gimana? Lancar gak tesnya?"
tanya ia balik.
"Yaa gitudehh.. Ehh iya, mau makan siang bareng
gak?"
"Wahh nge gas banget lo haha… Boleh deh, yuk."
"Hahaha… Okee!" Berhasil! Dia mau makan siang
sama gua! Niat nya sih gua cuma mau kenal lebih deket
aja. Sekalian ngasah kemampuan berbicara dengan
perempuan.
"Ehh iya sof, cerita dong gimana waktu tadi lo di
dalem?"
"Cerita apaan? Yaa gua lancer-lancar aja kok. Lo
sendiri gimana?"
"Gua agak patah-patah tadi ngomongnya."
"Loh kenapa? Lo pasti lupa latihan ya? Lo mah dari
kemaren teledor mulu haha.."
"Yaa latian sih gak lupa, gua cuman grogi tadi."
"Yaudah, nanti malem lo latihan bareng gua aja
untuk tes analisis besok, gimana? Biar lo gak teledor
lagi" tawar Sofia, mengajak Jumhur latihan untuk tes
analisis besok.
"Serius nih? Okeedehh.. Latihan dimana?"
42
"Dirumah gua aja, nih alamatnya," Sofia
memberikan secarik kertas yang didalamnya tertulis
sebuah alamat rumah.
Dia ngasih secarik kertas tanda pengenal. Dan
ternyata alamat rumahnya terletak disalah satu
perumahan elit di Kota Jakarta yang gak terjangkau bis
favorit gua. Artinya, malam ini gua harus pinjam motor
astrea punya bokap gua untuk pergi kerumah sofia.
Tepat jam 4 sore, gua berangkat menuju rumah Sofia
dengan dibimbing oleh secarik kertas yang diberikan
Sofia, saat makan siang tadi. Gua udah dandan
seganteng mungkin, untuk bertemu dengan Sofia.
Sampai dirumahnya, gua liat pintu rumahnya
ditutup dan gak ada jendela yang terbuka. Udah jam 5
sore dan lampu juga belum nyala. Gua coba turun dari
motor dan coba menekan bel rumahnya. Pas gua mau
pencet bel, tau-tau ada anjing disitu.
"Guk! Guk! Guk! Guk! Guk!"
"Ehh copot lo kambing!" Teriak gua. Serentak gua
kaget dan jatuh di halaman parkirnya rumah Sofia.
Untung anjingnya di kandangin, kalo enggak, udah
bolong bokong gua. Tiba-tiba pintu rumah kebuka dan
ternyata Sofia yg buka.
"Hai! Hahaha ngapain lo disitu Jum?" tanya Sofia.
43
"Yee elu sih gak keluar, anjing lu tuh, ngagetin
gua."
"Hahaha… Sorry deh! Ayuk buruan masuk, tenang
aja, udah dikandangin kok. Yuk!" ajak Sofia.
Gua pun beranjak lalu masuk rumah. Di dalam,
gua disambut adik kecilnya Sofia. Namanya Vanessa. Oh
iya, gua membawa coklat favorit gua yang nantinya
akan gua kasih ke Sofia. Dia senang banget keliatannya.
Yaa meskipun bukan coklat mahal, at least gua ngasih
dia sesuatu sebagai tanda terimakasih udah ngajak gua
latihan bareng.
"Sof, kok sepi?" tanya gua.
"Iyaa, orang tua gua lagi keluar, ke acara nikahan
temennya."
"Oalah.."
"Ehh iyaa, makasih yaa coklatnya, hehe."
"Iyaa sama sama, ehh mau latihan dimana?"
"Di toilet tuh hahaha… Di halaman depan aja
yuk?"
"Yeuu canda mulu, hahaha… Boleh-boleh."
Sambil gua latian, gua pandangin dia terus. Kali ini
dia bikin gua benar-benar extra bersemangat dan gak
44
grogi lagi. Seneng banget dan gua gak nyangka dua hari
ketemu gua udah bisa latihan bareng. Sampai-sampai
gak kerasa udah jam 8 malam. Dan waktu gua mau
pulang, orang tua Sofia datang.
"Malam om tante," kata gua sedikit kalem.
"Malam juga.. Kamu Jumhur?" tanya ibunya Sofia.
"Iyaa tante hehe.. Saya pamit pulang dulu tante
om, makasih saya udah dibolehin mampir."
"Lohh lohh kok buru-buru? Yaudah hati hati
dijalan yaa."
"Iyaa om makasih hehe.. Sof, tante, om, Vanessa,
hihi aku pamit pulang dulu yaa," kata gua, berpamitan
pulang dengan orang rumahnya Sofia.
"Iyaa hati-hati yaa."
Sejak latian bareng itu, gua jadi sering bbm-an
sama dia. Yahh boleh maklum hp gua cuma BB bekas.
Dan sejak latian bareng itu juga, gua jadi susah tidur dan
selalu kepikiran Sofia terus. Persiapan untuk tes analisis
besok, gua udah siap dan percaya diri banget.
Paginya ada yg berbeda hari itu. Untuk pertama
kali setelah 14 bulan, di bbm gua berkata, "Good
Morning" untuk Sofia. Sofia pun merespon bbm gua
dengan kalimat "Iyee, good morning juga! Semangat yee
45
lu awas jangan sampe grogi." Gua bener-bener makin
kenceng pingin langsung ke Gedung SFM Studio. Sampe
disana jam 7 pas dan gua langsung ketemu Sofia. Lagilagi
pakaian dia bertema warna pink hari ini. Tapi bukan
bajunya, melainkan ia menggunakan jaket yang
berwarna pink. Gua langsung nyamperin dia.
"Hai sof!"
"Hai juga Jum! Good luck yee, semangat!!"
"Yoi, lu juga good luck ya!"
Tes analisis dilakukan diruangan yang berbedabeda,
jadi hari itu gua gak didekat Sofia. Dan hal itu
ternyata membuat latian gua semalem kabur! Yang ada
di pikiran gua saat itu cuman ada Sofia, Sofia dan Sofia.
Karena itu gua jadi kesulitan untuk menganalisis berita
yang dikasih ke gua. Setelah selesai menganalisis berita,
lagi-lagi gua keluar ruangan dengan muka ruwet. Karena
kangen, gua langsung keruangan Sofia.
Dia ada di lantai 2, ruangan nomor 3. Ketika gua
samperin, dia masih didalem dan sedang menganalisis
berita. Gua memperhatikannya dari luar jendela sambil
jinjit karena kaca jendelanya tinggi banget dan gua
cuman seorang pria dengan tinggi badan yang standart.
Akhirnya gua putusin untuk menunggunya di depan
ruangan tempat dia tes. Karena keenakan duduk di sofa,
gua ketiduran di sofa itu.
46
"Woi! Woi! Bangun, lo kenapa bisa ngorok disini
sih? Hahaha."
"Engh zzz.. Sorry sorry, gua ketiduran tadi. Lu sih lama
tesnya."
"Hmm.. Lo nungguin gua?" tanya Sofia.
"Iyaa.. Ehh enggak, ehh iyaa maksudnya iyaa."
"Hahaha… Repot repot banget sih sampe
nungguin gitu. Makan yuk?" aja Sofia.
"Yaudah, yuk!"
Sambil makan, gua masih kebayang senyumnya
waktu dia ngajak gua makan siang. Itu adalah senyum
termanis kedua setelah senyuman ibu gua. Senang dan
adem banget. Tapi waktu Sofia nanya gimana tesnya,
gua cuma bisa nyengir-nyengir gak jelas.
"Ehh lo kenapa ditanya malah nyengir? Hahaha."
Tanya Sofia, sambil menikmati makanan yang ia pesan.
"Gak tau dehh pokoknya begitu tadi hahaha."
"Pasti lo grogi lagi deh? Iyaa kan?" selidiknya.
"Hmm iyaa Sof, hehe."
"Yuee gimana sih, lo kan udah latihan sama gua
semalem. Ayo dong, jangan grogi!"
47
"Iyaa iyaa.. Besok tes terakhir gua usahain gak
grogi. Calon wartawan gak boleh grogi, right?"
"Iyee hahaha."
Tidak seperti biasanya, setelah makan, Sofia
langsung pulang dengan dijemput oleh ayahnya.
Biasanya ia membawa mobil sendiri. Gua pun juga
pulang, dengan kepala penuh pikiran tentang Sofia.
Padahal besok tes terakhir dan gua harus bisa percaya
diri. Sampai dirumah, ibu gua udah nyiapin makanan
yang enak. Tumben sih ibu gua masak makanan seenak
sop ayam sama tumis kangkung. Untungnya rasa
kekeluargaan dirumah gua masih sangat kuat, jadi apa
saja makanannya bakalan kerasa enak. Selesai makan,
gua balik kekamar untuk latihan tes praktek wawancara.
Ternyata ada miscall dari Sofia. Dan bbm gua penuh
sama ping-annya Sofia.
"Jum, gua mau curhat, please!! :(" pesan Sofia, di bbm.
Seketika gua bingung, khawatir dan panik. Gua
coba telpon Sofia, untung ada gratisan nelpon sejam
kesesama operator, jadi gua harus berani untuk nelpon
dia. Ketika diangkat, Sofia nangis dan bilang ke gua
kalau orang tuanya berantem. Gua bingung dan gak tau
harus bagaimana. Gua cuma bisa ngasih semangat dan
dukungan dari rumah, dan ngingetin dia kalo besok ada
tes praktek. Gua menyuruh Sofia untuk istirahat
sejenak.
48
Malam itu gua bingung dan malah kepikiran Sofia
menangis. Setelah semalaman galau, gua mulai
mengantuk dan tertidur.
Paginya seperti biasa, gua semangat untuk
berangkat. Apalagi tes terakhir telah didepan mata dan
gua harus fokus. Sampai di tempat praktek, gedung SFM
Studio, gua belum melihat tanda-tanda dari Sofia.
Padahal tes praktek dimulai jam 07.45 Pagi, dan itu
mulai bikin gua turun semangat. Gua mencoba untuk
menghubunginya tapi gua takut kalau dia terganggu.
Sampai saat tes praktek dimulai, Sofia belum dateng
juga. Gua menunggu giliran dipanggil untuk tes, sambil
menunggu Sofia tiba. Gua semakin khawatir, sampai
tiba giliran gua tes praktek. Tes praktek itu gua bisa
fokus dan percaya diri, meskipun kurang bersemangat.
Setelah gua selesai, harusnya Sofia yang tes praktek.
Setelah dipanggil namanya sampai lima kali, Sofia tak
juga muncul.
Gua mencarinya di antrean dan dia juga gak ada.
Akhirnya lanjut ke peserta dengan urutan nomor 11.
Sampai peserta ke 60, Sofia tak kunjung tiba. Setelah
tes, gua lari menemui pengujinya untuk menanyakan
apakah bisa ikut tes susulan atau tidak. Dan ternyata
jawabannya bisa. Tapi batasnya hanya sampai jam 7
pagi besok.
49
Atas dasar informasi itu, gua niatin untuk
berangkat ke rumah Sofia. Karena gak bawa motor dan
gak ada bis yang lewat perumahan, jadi gua putusin
untuk keluar biaya lebih, naik taksi. Tiba disana, dompet
gua semakin tipis. Gua gak berani menekan bel
rumahnya, karena gua tau pasti suasana rumahnya
masih panas. Gua coba untuk menelpon Sofia dengan
pake sisa gratisan nelpon semalem. Ia gak ngangkat
telpon dari gua, dan rumahnya terlihat sangat sepi sama
seperti waktu gua datang latihan kemarin.
Gua memberanikan diri untuk menekan bel
rumahnya Sofia dan kali ini gua udah gak kaget sama
anjing peliharaannya Sofia. Dua kali gua menekan bel
akhirnya ada yg bukain pintu dan ternyata itu adalah
Vanessa.
"Halo Vanessa, kakak ada?" tanya gua.
"Ada kok, lagi nangis diatas. Kakkak masuk aja."
Gua diantar sama Vannesa menuju kamarnya
Sofia. Tapi sampai di depan kamarnya, gua gak berani
untuk mengetuk pintunya. Gua merasa gak enak masuk
ke dalam kamar cewek, apalagi gua ini adalah seorang
cowok. Akhirnya gua menyuruh Vanessa yang manggil
Sofia, sementara gua nunggu diluar. Vannesa keluar dan
berkata, "Kak Jumhur, Kak Sofianya nyuruh masuk."
50
"Yahh, tapi kak Jumhur malu, gak enak kalo masuk
kamar."
Akhirnya gua masuk karena Vannesa memaksa
dan menarik tangan gua sampai ke depan pintu
kamarnya Sofia. Dari depan pintu kamarnya, gua
mendengar Sofia sedang menangis di dalam kamar.
Vannesa membukakan pintu kamar dan benar saja,
Sofia sedang menangis di dalam kamarnya dengan
menggunakan pakaian rapi. Gua rasa itu adalah pakaian
yang harusnya ia pake untuk tes praktek wartawan.
"Sof, gua disini. Ada yg mau lu ceritain?"
"Gua sedih Jum, gua gak mau kalau orang tua gua
berantem," Sofia menangis. Sofia menangis dengan
begitu kencang sambil memeluk bantal guling nya. Gua
nyuruh dia berhenti nangis dan sabar. Lalu, tiba-tiba ibu
gua nelpon nanyain gua dimana. Gua bilang kalau
sekarang lagi dirumahnya Sofia dan ibu gua
memakluminya kalau gua bakal pulang malam hari itu.
Jam menunjukkan pukul 8 malam, tapi orang tua Sofia
belum juga pulang. Waktu gua tanya Vanessa, ternyata
Sofia belum makan dari tadi pagi. Gua kaget dan
langsung ke dapur untuk membuatkannya makanan. Di
dapur, dengan bahan seadanya, gua membuatkan telor
sama chicken nugget untuk makan malamnya Sofia dan
Vanessa.
51
Setelah masak, ini dia bagian yang tersulit,
membujuk perempuan agar mau makan ketika dia lagi
sedih. Berkali-kali gua membujuk Sofia agar mau makan,
tapi Sofia tetap menangis dan tak merespon bujukan
gua. Berkali-kali sampe gua menawarkan diri
menyuapinnya makan dan tetap saja dia gak mau.
Sampai waktu menunjukan pukul 9 malam, Sofia masih
saja menangis. Orang tuanya pun belum pulang.
Gua mau tinggal pulang tapi kasihan Sofia sama
Vanessa, gak ada orang yang jagain mereka berdua.
Akhirnya gua putusin untuk menemani Sofia dulu sampe
orang tuanya pulang. Gua menelpon ibu dan bilang
kalau gua bakal pulang agak larut malam. Entah
transportasi apa yang harus gua gunakan kalau pulang
malam hari.
Terlalu lama menunggu, gua ketiduran di sofa
ruang tamunya Sofia. Sofia yang sudah berhenti
menangis itu dateng dan membangunkan gua yang
ketiduran di sofa ruang tamunya. Ternyata sudah jam 11
malam dan orang tua Sofia belum juga pulang. Vanessa
sudah tertidur dikamarnya dan Sofia baru saja selesai
memakan-makanan yg tadi gua masak untuknya.
Setelah dia makan, aku memberi tahu bahwa besok dia
masih bisa ikut tes praktek jam 7 pagi. Tapi dia ragu
untuk ikut tes, karena masih terlalu dibebani pikiran
tentang orang tuanya.
52
Entah kemana tapi sudah jam 12 malam dan orang
tua sofia belum juga pulang. Sampai akhirnya tepat jam
12.30, Ibu Sofia pulang. Syukurlah, akhirnya gua bisa
pulang, tapi gua tak tau harus pulang dengan naik apa
karena sudah pukul 12.30 malam.
"Tante saya pulang dulu, sof balik dulu yaa gua,"
kata gua, berpamitan.
"Kamu naik apa nak? Udah jam segini kamu gak
bawa kendaraan. Kamu nginep sini aja dulu ya?"
"Waduh, saya pulang aja deh tante, gapapa hehe,"
kata gua sambil nyengir gak jelas.
"Bener? Atau kamu pake dulu motor Sofia yang
ada di garasi. Besok pagi kamu jemput Sofia kesini,"
tawar ibunya lagi.
"Yaudah tante, makasih banyak ya tante. Makasih
banyak sofia," kata gua, berpamitan dengan ibunya dan
juga Sofia. Gua pulang menggunakan motor matic milik
Sofia. Lagi-lagi motornya warna pink, dan ternyata
kamarnya juga berwarna pink. Sudah dipastikan, Sofia
adalah penyuka pink. Gua sampai dirumah tepat jam 1
malam, hampir dini hari. Gua langsung tidur karena
besok harus jemput Sofia dan mengantarnya ke SFM
studio untuk ikut tes praktek susulan.
53
Gua hanya tidur 3 jam lebih, gua sudah bangun
dan bersiap menuju rumah Sofia. Yap, jam 5 pagi gua
berangkat dan sampai disana hampir jam 6 pagi.
Ternyata Sofia sudah menunggu kedatangan gua di
depan rumahnya. Gua langsung mengantar dia ke SFM
Studio untuk tes praktek susulan. Dia benar-benar
terpuruk, gua mencoba kasih semangat ke dia dan juga
memberi coklat favorit gua agar moodnya kembali. Gua
berharap semoga Sofia tetep semangat dan bisa focus
saat tes praktek susulan.
Gua menunggu disofa depan ruangannya. Sampai
jam 8, Sofia belum juga keluar dari ruangan itu. Ketika
gua intip sedikit, Sofia masih tes praktek. Gua lupa,
kalau dia belum makan tadi pagi karena dia udah
nunggu gua pagi-pagi sekali. Gua pergi ke kantin untuk
beliin dia sarapan. Tiba dikantin, gua beli nasi uduk
sama teh manis. Ya, semoga dia suka karena ini yang
gua makan setiap pagi. Ketika balik ke corridor ruangan
tadi, ternyata Sofia udah gak ada.
Gua panik dan kebingungan mencarinya. Gua coba
ping dia di bbm. Karena bbm gua gak di balas, akhirnya
gua putarin gedung SFM. Naik turun dari lantai 1 ke
lantai 2, dari lantai 2 ke lantai 3, dari lantai 3 ke lantai 4,
dan dari lantai 4 ke lantai 5, lalu balik lagi tapi gak
ketemu juga. Gua khawatir dia udah pulang sendiri. Dan
hal melegakan akhirnya datang, waktu gua ke motor
untuk pergi nyari Sofia, ternyata dia lagi minum jus.
54
"Jum, makasih banyak ya, lo udah nemenin gua,
nganterin gua, merhatiin gua dan lain lainnya. Gak
nyangka ya, sebuah penghapus bisa membuat kita
sedeket ini," kata Sofia, sambil menikmati jus yang ia
beli.
"Heii iyaa sama-sama. Ah biasa aja kok, hehe.
Sekarang mau kemana?"
"Gua mau minta ijin sama lu, untuk nginep di
rumah lu. Seenggaknya sampai kondisi keluarga gua
normal lagi."
"Tapi? Vanessa gimana? Orang tua lu gimana?"
"Vanessa ikut sama mama ke rumah mama yang
ada di bandung, papa pergi ke bogor kerumah kakaknya.
Dan gua gak mau ikut salah satu dari mereka,"
terangnya.
"Serius mau nginep dirumah gua? Tapi kan rumah
gua kecil, gak ber-AC cuma pake kipas angin dan gak ada
makanan enak kayak dirumah lu."
"Gapapa Jum, gua gak butuh itu kok, gua cuma
butuh temen kayak lu."
"Yaudah kalo gitu yuk."
"Yuk."
55
Gua gak pernah nyangka, kalo hal ini bakal terjadi.
Ya malam ini bakal jadi malam perang paling dasyat
antara gua dengan nyamuk-nyamuk, karena gua harus
relain kamar tidur gua itu untuk dipake tidur sama Sofia
sementara waktu, gua tidur di kursi depan tv. Selama
ini, sejak hari pertama tes di SFM studio, gua ngerasa
kalo gua suka dan jatuh cinta sama Sofia. Dia punya
karakter yang gak semua cewek punya. Baik hatinya, dia
juga ramah, mau menolong, easy going, murah senyum,
selalu membagi suka meskipun sekarang kena dukanya
tapi tak apa, ia selalu semangat dan jadi penyemangat
bagi orang disekitarnya. Mood booster banget, dia juga
penyayang, dermawan dan masih banyak lagi.
Dia juga suka warna pink, dan dia itu b-e-r-o-t-o-t.
Kalau udah senyum, manis banget dan ngangenin. Tapi
gak mungkin kalau gua berusaha memiliki dia. Dia
belum tentu mau sama orang seperti gua yang hanya
kalangan menengah. Ganteng juga pas-pas-an. Tapi
yang namanya cinta, kalau gak diungkapkan nantinya
akan jadi bom bunuh diri.
Besok pagi gua bakal ngungkapin perasaan gua ini
ke Sofia, gua harap dia terima dengan baik. Waktunya
gua untuk tidur. Tepat saat adzan subuh gua terbangun.
Setelah rapi-rapi, gua hendak mandi tapi pakaian gua
ada dikamar. Terlintas dalam pikiran gua untuk jogging
pagi hari. Gua jogging sampe jam 6 pagi. Dan sofia
belum juga bangun. Saat gua ketok pintu kamar gua jam
56
6.30 belum juga ada suara. Pintu kamar masih terkunci.
Gua tunggu sampai jam 7 pagi, akhirnya Sofia bangun
juga dan dia langsung disambut ibu dan bapak gua. Gua
tersenyum melihat senyum kucel nya dia yang baru
bangun tidur. Tetep manis sampai lupa copot kaos kaki.
Dia ambil giliran mandi duluan dari gua, gua harap
dia gak rewel sama kamar mandi gua yang gak ada
showernya. Selesai mandi, dia senyum lagi dan bikin gua
tambah males mandi. Jam 7.30 pagi, barulah gua mandi.
Itu adalah mandi gua yg paling kesiangan. Setelah
mandi, Sofia diajak ibu gua makan bersama. Inilah
tradisi keluarga gua, makan bersama. Setelah selesai
makan, Sofia terlihat semakin menggemaskan dengan
wajahnya yang puas karena sudah kenyang. Sepertinya
ini waktu yg tepat untuk mengungkapkan isi hati gua.
"Sof ke taman depan yuk?" gua memberanikan
diri.
"Yuk."
Sampai ditaman depan, gua ngasih dia sebuah
coklat untuk yang ketiga kalinya. Dan gua berkata.
"Sof, pagi ini cerah yaa," kata gua, sedikit basabasi.
"Hahaha.. Kenapa lo? Iyaa nih cerah."
57
"Gapapa, secerah hati lo yaa? Ehh engga deh, hati
lu lagi mendung."
"Ehh enak aja, gua udah gak galau lagi Jum. Emang
elu, galau mulu hahaha…" ledek Sofia.
"Yeuu gaya lu."
"Ehh iyaa bagus loh taman disini," ucap Sofia,
sambil memandangin taman di sekitar.
"Masa sih? Hmm Sof, ada yg mau gua sampein,"
kata gua, sedikit malu-malu.
"Ekhemm gua denger kok," jawab ia, sambil
tersenyum manis yang bikin nyali gua makin ciut. Tapi
gua harus berani. Dan untuk pertama kalinya dalam 14
bulan gua akan mengungkapkan kalimat cinta kepada
seorang perempuan yang sangat gua cintai ini.
"Hmm sebenernya yang selama ini menyebabkan
gua selalu hilang fokus dan teledor itu bukan karena gua
gak latihan untuk seleksi. Tapi ada satu hal yang
membuat gua juga bisa patah semangat kalau hal itu
gak ada di deket gua."
"Hal itu apa Jum?" tanya Sofia.
"Hal itu adalah seorang wanita yang baru baru ini
sudah tanpa disengaja memikat hati gua."
58
"Ekhem ekhem, siapa yaa?" tanya Sofia
penasaran.
"Wanita itu…"
"Aku?"
"Hah? Bukan maksudnya iya, ehh bukan. Serius
bukan, tapi iya.. Ehh"
"Jum, aku udah sadar kok selama ini, sebenarnya
aku nunggu kamu untuk ungkapin perasaan. Aku tau
sejak kamu ngasih aku coklat, nemenin aku dirumah,
buatin aku makanan, ngasih tempat tidur juga, terus
kamu juga selalu hadir di setiap masalah yang aku dapat
belakangan ini. Kamu bahkan peduli sama karir
wartawan aku. Dan aku sangat bangga, ketika melihat
kamu harus naik turun lantai buat nyari aku sewaktu
habis tes praktek. Aku pun juga jatuh hati sama kamu."
"Hmm hahaha…" gua salah tingkah.
"Kok malah ketawa sih, ihh jahat," kata Sofia
dengan nada yang sedikit manja.
"Aku seneng Sof, aku gak nyangka aja bisa
kebongkar langsung sama orangnya hahaha… Makasih
kalau kamu juga punya perasaan yang sama kayak aku."
"Hihi.. Jadi jangan pernah grogi lagi ya kalo ada
aku, jangan pernah hilang fokus kalau lagi ada aku, terus
59
kamu harus selalu semangat meskipun aku lagi gak ada
disekitar kamu hehe."
"Siap! Aku akan selalu semangat. Eh iya, dimakan
dong coklatnya. Aku belum pernah liat kamu makan
coklat itu hehe."
"Bagi dua mau?"
"Boleh hehe."
"Mau? Beli kali hahaha…" Sofia tertawa.
"Lahh? Woo pelit hahaha…"
Itu adalah pagi yang sangat tak terlupakan
untukku. Keceriaan pagi itu rasanya seperti
menghilangkan duka yang sedang Sofia alami.
Rencananya hari itu gua akan antar dia pulang
kerumahnya, tapi ketika sampai disana, rumahnya
masih kosong. Ibu dan bapak Sofia belum juga pulang.
Lalu gua kembali kerumah gua bersamanya.
Siang itu, Sofia menemani adik gua main congklak.
Senang rasanya dan damai melihatnya tersenyum dan
tertawa bersama adek gua. "Sof, aku mencintaimu,"
Dalam hati gua berkata begitu.
Sampai seminggu ini, dia terus tinggal bersama
keluarga gua, orang tuanya belum juga ada kabar. Sofia
makin khawatir, dan gua ikut khawatir ngeliat dia sedih
60
begitu. Akhirnya gua menawarkan dia untuk menemui
ibunya. Tapi dia pun tidak tau dimana ibunya. Sampai
akhirnya gua putuskan untuk terus mengajak dia tinggal
sama gua sampai orang tuanya kembali.
Terkadang usaha untuk mengatakan cinta tak
semudah seperti naik anak tangga dari anak satu ke
anak berikutnya. Dan mungkin beberapa rasa cinta
dapat merubah pandangan atau sikap orang yg
dicintainya.
Banyak hal yg dapat terjadi dari cinta. Begitu juga
dengan gua bersama Sofia. Bisa bersama walau beda
golongan. Dan karena alasan cinta, gua akan terus
bersama Sofia. Terus menjaganya semampu gua dan
menyayangi sepenuh hati. Dari hati sampai mati, gua
Jumhur.
"Jangan pernah takut untuk jatuh cinta, karena
setiap cinta yang baik akan membawa banyak hal positif
yang bisa berujung pada sebuah kasih sayang.

Credit
-Filosofia INA
-Jumhur Nur Ultan Shan

Mereka

MEREKA
Saya punya janji dengan teman saya, Arin. Lokasi
kantor tempat Arin bekerja dekat dengan cafe yang
biasanya saya kunjungi di tempat saya dulu bekerja.
Saya pikir, daripada menunggu Arin di loby kantornya,
lebih asik kalau saya menunggu di cafe ini. Saya juga
sedang ingin mengenang masa–masa dulu ketika saya
sering berkunjung di cafe ini.
Lokasi cafe ini di sebuah jalan utama di Jakarta,
nyaman dan banyak pilihan makanannya.
"Saya pesan es campur ya, Mbak. Meja saya di
sana..," menunjuk ke sebuah meja di pojok cafe.
Saya menyapukan pandangan pada sekeliling cafe.
Tak ada pegawai yang saya kenal. Akhirnya, es campur
yang sudah saya pesan sejak tadi tiba di meja. Saya
mencicipinya satu sendok. Rasanya segar dan manis.
Dan semua kenangan yang tersaji di hadapan saya pun
menjadi manis. Saya tersenyum dalam hati mengingat
semuanya.
29
Kenangan–kenangan dulu ketika saya sering
berkunjung ke cafe ini dengan teman teman satu kantor
saya dulu, berputar di hadapan saya seperti film.
Cafe ini akrab sekali dengan saya. AC-nya yang super
dingin. Suasananya yang seperti di tengah hutan. Musik
klasik yang diputar masih itu – itu juga. Daftar menu
yang ter-laminating rapi tertata di setiap meja. Orang –
orang asik dengan obrolan bersama kelompoknya di
mejanya masing – masing. Seseorang di meja ujung sana
sibuk melototin laptopnya dengan kening mengkerut.
Wajahnya kreatif. Seperti penuh dengan ide. Mungkin
dia sedang menulis sebuah novel yang akan menjadi
best seller suatu hari nanti. Saya terinspirasi darinya.
Di meja lain, remaja – remaja berseragam putih
abu menikmati minuman mereka sambil bergosip.
"Kira – kira parfum apa ya yang disukain gebetan
gue?"
"Eh, lo liat gak tadi, merek sepatu yang dipake
sama guru Matematika baru kita? Gilaa men! Mahal
banget tau.."
"Hmmm.. kalau yang ini kok saya kurang begitu
suka ya. Tidak penting rasanya.. Ah, lagipula apa
urusannya? Hihi.."
30
Dengan cermat saya memperhatikan wajah –
wajah setiap pengunjung cafe ini. Sekelompok anak
muda lainnya memasuki cafe. Sepertinya mereka habis
pulang kuliah. Tangan mereka masing – masing dipenuhi
oleh buku – buku kuliah yang tebal. Cafe ini juga
lokasinya dekat dengan kampus. Tak bosan – bosan
anak kuliah itu setiap hari mampir ke cafe ini, untuk
makan siang atau sekedar duduk – duduk menikmati
kopi.
Kemudian teman saya Arin datang.
"Hai, seru banget kayaknya kok ketawa sendiri?
Awas dikira gila loh"
Memandang layar laptop yg memiliki ratusan
following "Eh iya, ini lagi bales mention dari temen"
"Oh, temen apa? Temen kerja? Temen kuliah?"
"Hmm bukan, temen kenal di Stasiun" sambil
sedikit tertawa.
"Hah? Stasiun?" dengan wajah bingung penuh
tanda tanya.
"Iya Stasiun, Stasiun itu bernama Sofia"
"…….."
"Ah, saya hanya bercanda… yang namanya
hubungan pertemanan didasarkan pada apa sih?
31
Kesamaan kan? Seperti sama-sama tinggal di sebuah
kompleks alias bertetangga, sama - sama menerima
beasiswa, sama-sama berada di ruang kursus bahasa,
sama-sama satu kelas di sekolah atau sama-sama
sekolah ke luar negeri dan menuju negara yang sama.
Tapi saya dan Mereka sama sekali tidak pernah bertemu
di bangku sekolah atau pun kuliah. Kami juga tidak
bertetangga"
"Lalu?"
"Melalu seorang Sofia saya bisa mengenal Mereka
semua"
"Lantas, Sofia itu siapa?"
"Sofia itu adik kecil kesayangan saya"
"Hmm… sungguh saya tidak mengerti, dia
keluargamu? Saudara? Atau?"
"Bukan, dia orang lain. Bahkan kita awalnya tidak
saling kenal"
"Lalu bagaimana kamu bisa sayang sekali sama dia
hahaha… aneh"
"Hmm memang aneh… Entah, setiap saya melihat
dia, Saya merasa menyerap berbagai macam energy. Dia
bagai sejuta semangat buat saya setiap harinya. Kamu
tau? Saya menjalani kuliah sambil bekerja karna siapa?"
32
"hmmm karena siapa? Sofia?"
"Hahaha benar! Saya merasa dia bisa menjalani
hidupnya dengan berbagai macam kegiatan yg
menyibukan. Sekolah, theater, latihan dan lain lain.
Masa saya sendiri tidak bisa. Saya juga mau hebat
seperti adik kesayangan saya itu"
"Wah, hebat! Sepertinya dia benar benar jadi
motivasi kamu fry. Good girl!"
"Tentu… Dulu saya memimpikan kuliah. Saya
memimpikan saat – saat jalan bersama dengan teman –
teman sepulang kuliah. Saya memimpikan saat – saat
saya bekerja kelompok dengan teman – teman
mendiskusikan tugas kuliah. Saya memimpikan berada
di ruangan kelas yang ber-AC, sibuk mencatat kuliah
dosen. Saya sangat memimpikan semua itu.
Tapi, saya sudah terlanjur bekerja di sebuah
perusahaan teman papa saya. Papa saya selalu
menyuruh saya keluar dari pekerjaan dan menyuruh
saya untuk fokus kuliah, namun saya tidak enak dengan
teman papa saya itu, tapi saya berjanji untuk
melanjutkan kuliah setelah setahun bekerja. Di tambah
dulu saya ikut kelas akselerasi jadi lulus lebih cepat dari
teman teman seumuran saya.
Setelah setahun bekerja, akhirnya saya tak sabar
lagi untuk menjalani mimpi saya itu. Saya mendaftarkan
33
diri di kampus yang saya inginkan. Saya juga tidak mau
meninggalkan pekerjaan saya. Saya bisa mengatur
jadwal kok. Saya kuliah di malam hari dan kerja di pagi
sampai sore hari. Capek tak lagi saya rasa ketika
semalaman harus begadang mengerjakan tugas kuliah.
Kantuk selalu menggoda setiap malam di kelas, dan
sepanjang siang di tempat kerja. Saat itu tidur siang
adalah barang mewah buat saya. Saya tak punya
satupun free day.
Jatuh bangun saya menjalani kuliah sambil kerja
tahun pertama saya. Tapi saya puas. Itu adalah
keputusan saya. Dan saya bahagia menjalaninya. Dan
seperti apa yang Sofia jalani, sibuk tapi saya yakin dia
bahagia kok. Karna JKT48 itu adalah passion dia. Disitu
tempat dia belajar, tempat dia menggapai mimpinya"
kata Afry. "Maaf saya jadi cerita panjang lebar, Rin."
"Hahaha tak apa, btw teman - teman yg kamu
ceritakan tadi Fry, Bagaimana kamu bisa mengenal dia?
Coba ceritakan. Aku ingin jadi pendengar yang baik hari
ini."
Kamu tahu apa definisi kata ‘ajaib’? ‘Aneh’,
‘langka’, atau ‘mukjizat’? Sepanjang apapun definisinya
dan sebanyak apapun padanan katanya, menurut saya
‘ajaib’ itu cukup terangkum dalam satu kata. Hayo coba
tebak apa?
34
"Kalau jawab "Filosofia", langsung saya kasih soto
sekaligus penjualnya." Kata Arin, sambil menyodorkan
mic. "Kenapa bisa?"
"Baiklah," kata Afry. "Mari kita clear kan sekarang
juga. Duduk manis, siapkan cemilan, saya akan naik ke
mimbar."
****
Ajaib dalam konteks per-Filosofia-an ini, hampir
sama artinya dengan kata ‘aneh’. Ya, Filosofia itu aneh.
Berawal dari sebuah ‘klik’ yang saya lakukan pada
tombol ‘Follow’ di akun Twitternya, beberapa saat
kemudian keanehan-keanehan lainnya muncul berturutturut.
"Mendadak muncul "Filosofia" di daftar LINE
group ponsel saya yang sebelumnya benci dengan grupgrup
di LINE. Selain karena bunyi notifications-nya yang
mengganggu kedamaian hidup, terutama kalau
mayoritas membernya adalah biang gosip, juga karena
kondisi ponsel saya sendiri. Menekan "Accept" untuk
sebuah request grup LINE itu sama halnya dengan
menambah "beban hidup" bagi ponsel saya yang
leletnya luar biasa." Jelas Afry.
Ajaib selanjutnya, selain karena takdir Tuhan YME
(tssaahh!), karena Sofia lah saya bertemu orang-orang
baru. Orang-orang baru yang tidak kalah ajaib. Ada yang
35
berhidung lima, bertubuh empuk seperti gula-gula
kapas, bergigi bak serigala, bersayap kelelawar, bermata
satu." Tambahnya lagi.
"Tenang, yang ini becanda kok." Canda Afry. Satu
persatu Filosofia yang saya kenal yang sebelumnya
hanya saya temui sebatas di dunia maya saja kini satu
persatu kita bertemu di dunia nyata.
"Temen-temen terasik, termepet deadline,
tersampah sticker, dan ter semuanya. Semoga kita
masih bisa bikin sesuatu lagi ya buat Sofia Meifaliani.
Godspeed for us!!" Pungkasnya.
Bertemu teman-teman baru, melakukan hal-hal
baru, dan segenap hal-hal unik, lucu dan haru lainnya.
Sudah lebih dari cukup rasanya untuk menguatkan
premis bahwa Filosofia itu ajaib. Ya, setidaknya bagi
saya. Entahlah menurut kalian bagaimana.
Jalan hidup itu kadang ibarat rel kereta api. Kereta
itu sendiri ibarat alat yang kita gunakan, yang akan
membawa kita menuju kepada cita-cita, impian, dan
tujuan kita masing-masing. Ada kalanya kita harus
berhenti di sebuah stasiun pemberhentian. Beberapa
orang yang telah bersama kita dalam kereta, akan turun
meninggalkan kita demi tujuannya sendiri. Dan
beberapa orang baru akan naik, menggunakan kereta
yang sama dengan kita, untuk mengejar tujuannya yang
lain, yang kini sama dengan kita.
36
Seperti pertemuan atau perkenalan saya dengan
Fani, Leon, Vrendi, Reza, Gery, Arman, Adil, Arnaya,
Daniel, Radith, dan teman-teman lain yang
menggemaskan dalam komunitas Filosofia. Saya dan
teman-teman Filosofia ini, mungkin awalnya berada
dalam rel yang tak sama dengan tujuan berbeda pula.
Namun ada satu titik di mana kita telah bertemu dan
mengenal satu sama lain. Dan titik itu adalah sebuah
stasiun yang saya sebut "Sofia".
Rasanya sudah cukup banyak yang saya alami
bersama teman-teman dalam komunitas Filosofia ini.
Banyak tawa, banyak canda. Banyak belajar juga.
Terimakasih untuk waktu-waktu menyenangkan
bersama kalian, dear Filosofia. Terima kasih sudah mau
menyapa saat saya menaiki kereta dan kalian sudah
lebih dulu berada di dalamnya. Saya cinta kalian.
Kereta api terus berjalan, dan kita terus mengejar
apa yang kita mau. Mungkin saja nanti ada saatnya kita
akan berpisah di sebuah persimpangan rel, atau di
sebuah stasiun pemberhentian lain, kemudian bukan
tidak mungkin kita kembali bertemu dan berjalan
beriringan. Akan ada juga pertemuan-pertemuan baru
dalam perjalanan nanti. Saat kita beriringan, berjalan
dalam rel yang sejajar, bahkan berada dalam rel dan
kereta yang sama, mari kita rayakan dengan membuka
hati dan sapa.
37
Every person we meet has the potential to
become very important in our lives. We just have to
remain open to the possibilities and blessing each
encounter migh bring.
Kita akan selalu ada dan bersaudara. Cheers!
****
"Wah, saya hampir tertidur mendengar ceritamu
itu Fry. Sampai sekarang (dan mudah - mudahan sampai
selamanya), semoga kamu masih bertukar kabar,
bertukar pikiran dan pendapat tentang hal apapun
dengan mereka ya. Saling menyemangati dan
memotivasi untuk mimpi - mimpi yang ingin kalian
capai"
"Selamanya dan pasti!" jawab Afry, mantap.
Obrolan saya dan Arin pun berhenti sampai disini.
Pengunjung cafe semakin ramai. Saya melirik jam
tangan saya. Ternyata sudah jam makan siang. Saya pun
meninggalkkan cafe ini untuk berjalan kaki menuju
rumah. Sepanjang perjalanan, Ipod saya memutar lagu
Shonici milik JKT48 "Impian ada di tengah peluh bagai
bunga yang mekar secara perlahan, usaha keras itu tak
akan mengkhianati."

Credit
-Filosofia INA
-Af Rys

Liburan

Liburan

Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu oleh
seluruh pelajar di Indonesia pun tiba. Yap benar, liburan
sekolah. Setelah melewati satu semester yang
melelahkan, akhirnya sekarang bisa rehat dan sejenak
menenangkan otak dari materi yang dipelajari selama
ini. Banyak yang sudah menyiapkan agenda liburan
mereka dari jauh hari, mengingat liburan kali ini juga
sekaligus bertepatan dengan hari raya natal dan tahun
baru. Begitu juga dengan gua. Liburan kali ini gua akan
pergi ke Jakarta. Sejujurnya hanya kebetulan saja karna
ibu gua bilang ada tiket murah, ya lumayan sekaligus
pergi liatin dekidol di theater hihihi. Akhirnya seminggu
setelah liburan yang membosankan dirumah, gua pun
berangkat ke Jakarta.
"ayo dek, cepet udah mau berangkat, papa udah
tunggu kamu tuh," sahut ibu gua dengan keras.
"iya ma, sabar, ini mau masukin laptop dulu,"
jawabku.
"ok, cepet yah.. kasihan papa udah lama
tungguin kamu."
"Santai aja ma, ini baru mau manasin mobil
juga," jawab ayah gua, dari garasi.
Gua pun tiba dibandara. Kali ini gua naik pesawat
Lion Air dari Manado menuju Jakarta, untung ambil
tiketnya yang pagi, jadi sampai di Jakarta pass jam
makan siang. Selang tiga jam, akhirnya gua sampai juga
di Jakarta, dan dijemput sama saudara yang kebetulan
juga tinggal disana.
"gimana tadi di ‘atas’?" tanya tante ku.
"lumayan tenang, tapi sempat goyang juga.
Untung nggak sampai dangdutan bareng(?)" Sekejap
semuanya langsung tertawa. Akhirnya dari situ gua
diantarin makan siang di area bandara. Setelah kenyang,
akhirnya kami pergi ke rumahnya Tante gua untuk
beristirahat sejenak.
"Ndo, gimana hasil ulangannya?" tanya Tante,
membuka pembicaraan.
"lumayan, nggak ada nilai yang anjlok," jawab
gua, sambil tersenyum.
"oh gitu, eh iya kan tante baru pindahan rumah,
kamarnya jadi lebih sedikit. Sekarang kamu tinggal sama
bude Pitut, yah."
"oh, iya tante."
Gua pun langsung terdiam, perasaan ini di luar
scenario dan karena mau bilang nggak mau juga gak bisa
akhirnya gua turutin aja. Jujur, gue belum pernah
kerumahnya dan belum pernah bertemu anggota
keluarga dari bude Gua. Sesampainya di rumah bude
Pitut, gua diperkenalin dan tante gua ngomong basabasi,
gua langsung kekamar di lantai 2 yang udah di
tunjukin sama pembantunya bude. Seharian itu gua
hanya diam dikamar, sambil Twitteran, Facebookan,
baca berita, balas-balas twit member, dll. Pas makan
malam akhirnya gua turun kebawah ngambil makan
sambil bicara-bicara dan suaminya yaitu pak Kris,
nonton tv dan setelah makan gua balik ke kamar. Hal
yang sama terulang yakni baca-baca berita ,Facebookan
dan pantau TL kali aja oshi gua si Sofia Meifaliani
ngetwit.
Keesokan harinya gua Dijemput ama tante gua
dan keluarganya buat jalan-jalan.
"Ndo, hari ini kita ke Ancol sama mall aja ya."
"oh, iya tante," jawab gua
Seharian itu gua diajakin ke ancol, main-main
disana lalu gua ke mall. Gua juga gak nyangka diajakin
keluar soalnya liburan kali ini emang serba mendadak.
Setelah puas jalan-jalan, akhirnya tante gua nganterin
ke rumah bude, sampai di rumah udah cukup malam
kira-kira jam 10 malam. Karena udah kelelahan, gua
langsung ke kamar buat ganti baju sama cuci muka
doang karena udah malam, takut mandi. Airnya dingin.
Kebetulan rumah bude dijalan utama di perumahan dan
kamar gua menghadap langsung kejalan, jadi gua bisa
liat mobil dan motor yang lalu lalang. Ini kayak hiburan
tersendiri bagi gua. Tiba-tiba ada mobil pink lewat,
dalam hati gua bilang, "warna mobilnya nyentrik banget
deh..,"
Ternyata mobil itu masuk ke rumah yang
berseblahan dengan rumah bude. Sekejap gua langsung
teringat ama 1 orang yang suka warna pink.. yap, Sofia.
Gua pun langsung cek TL twitter dan buka Twitternya
Sofi, ternyata belum ada update terbaru. Terakhir kali
update 2 jam yang lalu, mungkin gua Cuma berimajinasi
aja itu mobil yang nganterin Sofi, heheheh. Akhirnya
setelah online dan main game Bola di laptop, gua
akhirnya tidur juga.
Paginya gua langsung cek email. Kebetulan hari
ini ada show Pajama Drive Reformat dari tim trainee
dan ternyata gua dapat verif dan lebih terkejutnya lagi,
gua dapat 2 verif untuk show 1 dan show 2. Sebelum
berangkat dari manado, gua memang udah nge apply
tiket, dan karena takut gak dapat verif, gua nge apply
tiket general di show 1 dan 2 yang ternyata keduanya
dapat. Setelah konsultasi dan meditasi dengan teman
yang udah pernah ke Theater juga, katanya mesti
diambil 2-2 biar chance menang lagi masih tetap ada,
dengan berat hati gua pun mau gak mau mesti beli
keduanya.
"halo, pagi tante ini Nando."
"oh iya, kenapa Ndo?"
"hari ini Nando mau ke theater JKT48 yang ada di
mall Fx Sudirman, boleh?"
"oh boleh, tapi tante ngga bias anterin, kamu
sama pak Agus aja, ya."
"oh iya tante, gapapa."
"ok, 30 menit lagi ya."
Gua pun dengan semangat langsung bersiapsiap.
Tak lupa gw bawa 2 baju, soalnya mau nonton 2
show. Gua pun dijemput oleh Pak Agus, sopirnya tante
gua . Kami pergi dari jam 09.30 pagi, soalnya takut
terjebak macet. Dan benar saja, ketika sampai di Fx
udah jam 11 siang dan gua harus cepat-cepat nukar verif
buat show 1. Gua ngasih duit ke Pak Agus buat nonton
film di cinemaxx fX biar nggak bete nungguin gua
sampai malam. Setelah nukar verif dan tunggu beberapa
lama, akhirnya masuk juga ke theater, beruntung gua
dapat tempat duduk.
2 show ini niatnya cuman mau liat Sofia perform,
soalnya jarang-jarang juga gua ke Theater. Gua nonton
theater dengan tenang dan hikmat, sambil memandangi
Sofia terus siapa tau di eye-lock. Entah kenapa
performnya beda dari yang lain gitu, dia punya aura
tersendiri di mata gua. Kalau kata Anime AKB0048 itu,
Kiraranya Sofia bersinar terang. Setelah show 1, ada sesi
Hi-Touch. Ya, ini salah satu waktu yang gua tunggu, kalo
mau lagi paling gua harus nungguin 1 semester lagi.
Soalnya event handshake pasti dihari sekolah dan gua
gak bisa datang.
"Tadi performnya bagus, semangat!!"
Sofia tersenyum mendengarnya.
Meskipun cuma melihat senyumannya, gua udah
merasa senang banget. Senang juga bisa nyemangatin
dia secara langsung. Setelah keluar, gua singgah dulu di
shop di Theater. Itung-itung beliin oleh-oleh buat
teman-teman yang Jones di manado. Gua ngantri lagi
buat tuker verif show yang ke 2, sialnya kali ini gua gak
dapat tempat duduk dikarenakan nomor bingo gua
dipanggil terakhir. Tapi gapapa lah, sekali-sekali toh ini
juga show yang terakhir gua di tahun ini. Show kali ini
juga gua liatin Sofia terus dan sekali-kali ngelirik Elaine,
Andela, Michelle, Sekali lagi Gracia, dll, biar gak
mimisan. Ternyata dari 2 show ini, bedanya cuma di
tema MC doing, member yang MC juga sama. Maklum,
gua masih newbie, jadi baru ngerti. Setelah show, ada
sesi Hi-Touch lagi, kata-kata yang gua bilang tadi gua
bilang juga kali ini soalnya perbendaharaan kata gua
sedikit yang ada di otak waktu itu.
Setelah theater, gua langsung pulang dengan Pak
Agus yang udah nungguin dari tadi. Karena kelar
theaternya bertepatan dengan jam macet Jakarta,
sampai di rumah bude pun udah jam 9 malam.
Sesampainya di rumah, hal yang sama gua lakukan lagi
yakni makan malam pastinya dan ngobrol-ngobrol
dengan Pak Kris. Gua nonton sedikit sampai jam 11.30,
tiba-tiba mobil yang kemaren baru datang. Gua
langsung ngadain sesi Tanya jawab atau dalam bahasa
kerennya Q & A sama Pak Kris.
"eh itu mobil pink perasaan selalu sampai malam
dirumah."
"iya emang itu selalu pulang jam segini soalnya
pekerjaan anaknya ituloh…"
"emang anaknya kerja apa?"
Perasaan yang kemaren pun kembali datang,
"mungkinkah itu… Sofia?" batin gua.
"kamu gak tau yah? Anaknya artis kalo gak salah.
Apa ya namanya, saya lupa."
"JKT48?"
"nah iya benar, JKT48. Hehehe, maklum saya udah
tua, jadi pelupa."
Gua pun langsung cek TL di twitter dan ternyata
ada update terbaru dari Sofia kalau dia baru aja sampai
dirumah. Akhirnya gua lanjutin lagi Q & A sama Pak Kris.
"nama anaknya siapa Pak? Sofia?"
"yap benar, eh kok kamu tahu?" tanya Pak Kris.
"nama lengkapnya Sofia Meifaliani?"
"iya, tapi pertanyaan saya tadi belum dijawab!"
"ee engak pak, cuma nebak aja. Soalnya ada
member juga yang ngetwitt baru pulang."
"ha, ngetwitt apaan tuh?" tanya Pak Kris.
"nggak usah dipikirin pak, hehehe."
Setelah itu gua udah gak tau mau bilang apalagi.
Gua sempat shock sejenak karena ternyata Sofia tinggal
di sebelah rumah bude. Sehabis ngobrol, gua pun
langsung ke kamar lalu balas twittnya Sofia dengan kata:
"Cie mobil pink udah sampe rumah". Ternyata saking
cintanya sama warna pink, sampai-sampai warna mobil
keluarga pun juga pink. Gua tidur dengan 1001
perasaan.
Keesokan harinya gua bangun lebih pagi, sambil
online dan memandangi jendela. Sekitar jam 5 akhirnya
mobilnya keluar dari rumah, mamanya masih dadahdadah
di depan rumah. Keliatannya Sofia diantar sama
papanya buat latihan. Akhirnya dengan segenap
kekuatan dan tenaga, gua keluar menuju halaman
rumah, siapa tahu diliatin sama ibunya Sofia. Dan
ternyata benar, disitulah awal Q & A berjalan dengan
narasumber Ibunya.
"pagi, tante…," gua mencoba mengawali dengan
muka polos dan tak berdosa.
"pagi , kamu siapa yah?" tanya ibunya Sofia.
"oh aku keponakannya Ibu Pitut, lagi liburan
disini, hehehe."
"emangnya kamu dari mana?"
"aa aku dari Manado tan, cuma numpang tidur
aja disini."
"oh.. yang betah yah tinggal di daerah sini," kata
ibunya.
"iya tante hehe, btw itu anaknya tadi yang baru
keluar ya?"
"iya, emangnya kenapa?"
"oh enggak apa-apa kok, hmm anaknya member
JKT48 yah?" Gua langsung to the point.
"kok tau?"
"ya taulah, kan saya… Eh maksudnya Pak Kris
udah cerita ke saya."
"oh gitu toh, yuk sini masuk mumpung Sofinya
gak ada," tawar ibunya Sofia.
"Hampir aja ketahuan," batin gua. Setelah itu
gua diajak masuk ke rumahnya Sofi. Gua langsung di
suruh duduk di ruang tamu. Obrolan pun berlanjut.
"terus-terus nama kamu siapa? suka JKT nggak?"
Tanya ibunya.
"Nando tan, iya lumayan hehehe…"
"suka sama siapa di JKT?" tanya ibunya Sofia.
"Sssss Shania gracia tan, hehehe."
"yah gak suka sama Sofia yah?" ibunya tampak
kecewa.
"bukan gitu tan, aku suka juga sama Sofia kok."
"terus ke Jakarta mau nonton JKT juga?"
"heheh iya tan, kemaren barusan nonton di
theater, btw Sofia suka basket ya?" tanya gua, lagi.
"iya, kalo gitu tunggu sebentar yah."
"oh iya.."
Beberapa saat kemudian, ibunya Sofia datang
dengan membawa beberapa baju, keliatannya itu baju
basket, kemungkinan itu jersey basketnya Sofia.
"itu jersey basket punya sofi yah tan?" tanya gua,
ketika melihat ibunya membawa baju basket.
"iya, ini tuh baju-baju kesayangannya Sofia,
bahkan dia punya tempat sendiri buat nyimpan bajubaju
ini."
"kalo hadiah-hadiah dari fansnya ada gak tan?"
tanya gua, dengan sedikit memancing.
"ada kok.. dia punya space tersendiri dikamarnya
buat nyimpan hadiah dari para fans," jawab ibunya. "oh
iya, kamu kapan ke Manado?"
"lusa tan," jawab gua.
Ternyata Sofia punya tempat tersendiri buat
nyimpan hadiah-hadiah dari fans. Mengetahui hal itu,
gua jadi lebih semangat lagi buat ngedukung Sofia
dengan sepenuh hati karena dia menghargai juga
dukungan dari kita (fans). Setelah itu gua diajak ngeliat
foto-foto Sofi dari kecil, gua heran ibunya mau nunjukin
itu, mungkin karna ibunya tau gua dari jauh dan cuma
sebentar disini doang jadi ia sengaja nunjukin. Dari fotofotonya
itu keliatan juga bahwa dia emang suka warna
pink. Dia juga suka pakai baju ala princess. Ya, semua
yang dikatakan Sofia di sosmednya terbukti. Akhirnya
setelah beberapa menit, gua pamit pulang ke ibunya.
Seharian itu seperti biasanya dan selalu begitu.
Gua hanya makan, tidur, nonton, dan online. Gua masih
terbayang-bayang kejadian tadi, waktu main di
rumahnya Sofia. Untuk bisa bertemu dengannya, gua
terhalang akan jarak dari Sofia, dan sekarang, gua
cuman terhalang oleh dinding. Namun tetap terhalang
oleh Golden Rules. Saking gak ada kerjaan, gua sampai
lupa kalo beberapa hari lagi mereka bakalan konser 3rd
Anniversary. Gua baru nyadar juga, dari tadi nggak ada
member yang ngetwitt. Ya, karena uang gua pas-pas an
ditambah dengan tiket pulang, akhirnya gua gak jadi
nonton konser 3rd anniversary. Dalam hati gua berkata,
"gapapa lah, yang penting bisa dekat sama ibunya
Sofia." Dan kerjaan gua yang eat, sleep and play itu
berlanjut sampe malam.
Malam ini gua udah niat mau nungguin Sofi
pulang, mau bilang langsung ke orangnya buat jaga
kesehatan. Gua kasian sama dia beberapa hari ini
pulang larut malam terus buat persiapan konser.
Setelah lama menunggu, akhirnya mobilnya Sofi pun
muncul. Karena ngeliat dari jendela dia udah tidur,
akhirnya gua gak jadi kerumahnya.
Keesokan paginya adalah hari yang penting, yap
hari Natal. Hari dimana umat kristiani merayakan hari
lahirnya Tuhan Yesus Kristus, hari ini juga salah satu hari
yang special buat gua karna bisa bertemu dengan Sofia
bukan sebagai fans, melainkan sebagai tetangga.
"Ndo, kamu udah siap kan?" tanya bude.
"Udah bude," jawab gua.
"ayo sekarang kita kerumah sebelah, kita
diundang buat makan-makan."
"oh iya." Sesampainya di rumah Sofia, gua
langsung disapa oleh ibunya.
"eh dek Nando, sini-sini salaman dulu sama
Sofia," kata ibunya.
"eee iya, tan."
"sssselamat natal ya, Sof," kata gua, gugup.
"iya kak, selamat natal juga," jawabnya, dengan
senyum manis.
Sejenak gua langsung terbang dan hilang pikiran.
Meskipun cuma salaman dan dibilang selamat natal,
setidakya itu udah berharga banget buat gua dan nggak
akan pernah terlupakan. Acara pun dilanjutin dengan
makan-makan, gua hanya bisa memandangi dia dari
kejauhan. Gua masih malu buat ngobrol sama Sofia. Dan
ketika udah mau balik kerumah, gua ngasih hadiah ke
Sofi sebuah boneka beruang warna pink. Tanpa diduga,
Sofia juga ngasih hadiah ke gua salah satu boneka yang
dia sukai dari kecil.
"beneran nih Sof?" tanya gua, memastikan
apakah ia yakin atau tidak.
"iya kak, aku udah denger sedikit tentang kakak
dari mama kok, makasih ya."
"oh iya, sama-sama."
Ternyata ibunya yang cerita tentang gua ke
Sofia. Gua hanya bisa tersenyum bahagia aja dan tak
menyangka bahwa Sofia bisa kasih itu boneka yang
disukainya sejak kecil ke gua. Sofia memang keliatan
orangnya itu baik banget. Keesokan harinya adalah saat
buat gua untuk pulang balik lagi ke Manado. Gua keluar
dari pagi buat beli oleh-oleh untuk teman-teman di
Manado. Gua. Di depan rumah bude, gua udah ditunggu
sama tante gua dan Pak Agus. Gak taunya, si Sofia juga
udah mau keluar rumah buat latihan persiapan sebelum
konser, kayaknya gladi resik gitu.
"Sof aku duluan yah, semangat yah buat
konsernya!!" kataku, berpamitan dengan Sofia.
"iya kak, semoga penerbangannya lancar yah,
salam juga buat fans-fans di Manado."
26
"sip.. Ntar ketemuan 6 bulan lagi yah, kalo aku
udah lulus hehehe."
"hahah siap, ditunggu yah," Sofia tersenyum.
Dan gua pun pulang dengan rasa bahagia yang
tak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Sesampainya
dibandara, setelah check-in dan lagi nunggu buat naik
pesawat, gua sempatin beli oleh-oleh seadanya buat
temen-temen yakni Roti Boy dan gantungan yang dijual
disekitar bandara. Ketika di pesawat, gua langsung
ngetwitt ke Sofia, "udah di pesawat nih Sof, sampai
ketemu lagi!"
Di pesawat, gua pegang terus boneka pemberian
nya Sofi, hitung-hitung itu sebagai jimat keberuntungan
serta bakal jadi kenangan tersendiri. Sesampainya di
Manado, langitnya udah mulai gelap. Jam menunjukkan
pukul 19.30 malam. Karena fisik gua juga udah lelah
gara-gara naik pesawat, akhirnya setelah makan malam
gua langsung tidur.
Lalu…
"Kring kring kring, ayo bangun,bangun udah
pagi…," ternyata alarm di hp gua berbunyi. Sesaat
kemudian dengan masih dibawa alam mimpi, serta
masih ngumpulin nyawa, gua mendengar suara ibu lagi
manggil-manggil.
"Nando, Nandooooo ayo bangun udah pagi, ntar
kamu terlambat naik pesawat."
"Haaa? Naik pesawat? Jadi... yang tadi itu?
Ahhhhh...," batin gua. Setelah selesai ngumpulin
nyawa, gua baru sadar ternyata tadi itu gua lagi
praktekin Lucid Dream alias suatu keadaan dimana
kamu sadar bahwa kamu sedang bermimpi sehingga
bisa mengatur mimpi itu. Gua pun langsung cepat-cepat
mandi dan bersiap buat berangkat ke Jakarta untuk
bertemu keluarga disana sekaligus melihat dek idol di
JKT48 Theater.

Credit
-Filosofia INA
-Fernando Rumentor

Surat Perpisahan Untuk Sofia

Surat Perpisahan untuk Sofia
"Selamat ulang tahun!" teriak seluruh keluarga ku
tepat di jam 00.01 WIB. Hari ini, aku berulang tahun
yang ke 21th, usia dimana seseorang mulai harus
bersikap dewasa dan mulai memikirkan masa depan.
Sebuah pesta kejutan kecil dibuat oleh kedua orang tua
dan adik perempuanku. Mereka masuk ke dalam
kamarku dengan membawa sebuah kue cokelat dengan
hiasan lilin kecil diatasnya. Aku terbangun dengan
keadaan yang masih mengantuk pun segera make a
wish dan meniup lilin kecil diatas kue yang dibawa oleh
adikku. Itu adalah kado pertama yang aku dapatkan di
hari ulang tahunku ini. Sebenarnya perayaan ulang
tahun ini tidak begitu aku harapkan dari keluargaku,
cukup dengan doa yang selalu mereka berikan untukku
itu sudah lebih dari cukup.
Tidak ada yang special dipagi hari tanggal 4
Agustus 2014 tersebut. Selain kembali memulai
rutinitasku seperti biasanya sebagai mahasiswa.
Namaku Tadhik, aku kuliah di sebuah perguruan tinggi
negeri di Jakarta dan mengambil jurusan ekonomi
manajemen. Sekarang ini aku sudah memasuki semester
7, periode dimana tugas semakin banyak dan mulai
memikirkan skripsi.
Pagi itu jam 05.40 WIB, kami sekeluarga
berkumpul di ruang makan untuk melakukan sarapan
bersama. Ayahku adalah seorang pegawai swasta dan
ibuku seorang ibu rumah tangga biasa. Aku mempunyai
seorang adik perempuan bernama Ditta, yang sekarang
ini duduk di kelas 11 di sebuah SMA negeri Jakarta.
Setiap hari aku selalu berangkat bersamanya, karena
jalan kampus dan sekolah Ditta searah.
Selesai sarapan aku segera berangkat mengantar
Ditta ke sekolahnya, dan kemudian segera pergi ke
kampus karena hari ini ada kuliah pagi. Kegiatan di
kampus pun seperti biasanya, tidak ada yang menarik
selain kegiatan perkuliahan yang padat dari pagi sampai
sore. Jam 16.17 WIB aku baru pulang kerumah. Segera
aku menuju kamar dan pergi untuk mandi.
Aku ini termasuk anak yang pendiam dan juga
pemalu, jarang sekali aku pergi bersama teman-teman
setelah pulang kuliah. Oleh karena itulah sampai
sekarang ini aku belum mempunyai seorang teman
dekat atau pacar. Fokusku yang sekarang hanyalah
kuliah dan segera bekerja.
Baru selesai mandi dan mencoba untuk
beristirahat sejenak diatas tempat tidurku tiba-tiba Ditta
mengetuk pintu kamarku.
"Kak, kak Tadhik belum tidurkan? Antar Ditta ke
tempat les dong," tanyanya dengan suara yang keras
dan nyaring itu.
"Minta diantar ibu aja dek, kakak capek,"
jawabku setengah malas untuk sekedar bangkit kembali
dari tempat tidur yang sudah nyaman ini.
"Ibu lagi keluar sama ayah kak, ayo buruan dong
anterin aku ke tempat les," jawab Ditta kembali dengan
tidak putus asa membujukku.
"Iya deh iya bentar," jawabku dengan terpaksa
menuruti permintaan adik perempuanku satu-satunya
ini. Adikku sudah kebiasaan dimanja, jadi mau pergi
kemana pun selalu minta dianterin. Kami berdua segera
naik motor dan pergi ketempat les. Sebenarnya aku juga
malas keluar rumah di malam hari dengan naik motor di
cuaca yang dingin seperti sekarang ini, apalagi sekarang
sudah masuk musim hujan. Biasanya ayah yang
mengantar adikku ketempat les dengan menggunakan
mobil.
Sampai ditempat les ternyata disana juga ada
beberapa teman adikku yang baru datang. Adikku pun
segera lari kearah teman-temannya dan
meninggalkanku begitu saja tanpa bilang apa-apa. Ya
mirip kayak tukang ojek gitu, habis bayar langsung pergi
ditinggalin aja, mending itu dibayar, lha ini? Yasudahlah
gak apa-apa juga. Lagian Ditta adik aku emang gitu kalau
udah ketemu teman-teman ceweknya, suka lupa deh
sama keadaaan sekitar.
Begitu ingin pulang kerumah, ternyata hujan
mulai turun dengan begitu derasnya. Dan aku lupa
membawa jas hujan didalam jok motorku.
"Yaampun, sial banget ya hari ini. Udah ulang
tahun biasa-biasa aja, kuliah sampe sore, malam hari
harus nganterin adik les, eh sekarang malah kehujanan"
batinku kesal dalam hati. Akupun segera mencari
tempat untuk berteduh. Kebetulan di depan tempat les
adikku ada sebuah halte kecil. Dengan terpaksa aku pun
berdiri disana sendirian sambil memainkan hp untuk
sekedar menghilangkan kebosanan. Tak terasa aku
sudah berteduh dihalte tersebut selama satu jam, hujan
pun mulai reda sekarang.
"Cepat banget kayaknya ini waktu, udah sejam
lebih aja cuma buat nungguin hujan reda," batinku,
sambil melihat ke arah jam tangan yang ku pakai.
Tiba-tiba ada seorang anak perempuan yang
masuk ke halte tersebut dan ikut berteduh disampingku.
Anak perempuan itu kalau dilihat dari penampilannya
sih, kayaknya juga ikutan les di tempat adikku. Ia masih
memakai seragam sekolahnya, membawa tas ransel
berwarna pink dan beberapa buku di tangannya.
Sepertinya dia seumuran adikku," batinku, sambil
mengamatinya dari ujung kaki sampai kepala.
Dia anak perempuan yang menarik dari fisiknya.
Kulitnya yang putih dan matanya yang sedikit sipit
membuat dia terlihat manis dan tingginya juga gak jauh
beda dengan Ditta adikku. Rambut panjangnya yang
digerai membuat dia keliatan cantik saja. Mungkin
karena aku perhatikan dari tadi, anak perempuan itu
jadi sadar dan melihat kearahku. Aku yang ketahuan
mengamatinya segera melihat kearah yang lainnya. Aku
takut dia marah dan berfikir yang aneh-aneh tentang
diriku. Tapi ternyata dugaanku salah, dia malah
memberikan senyum manisnya kepadaku. Senyuman
yang membuat hati ini menjadi tenang melihatnya.
"Ikut les disini juga ya kak?" tanya anak
perempuan itu kepadaku.
"Eh, ee enggak kok ini lagi nungguin adik aku
yang les," jawabku gugup.
"Oh gitu, aku kira kakak les disini juga,"
jawabnya dengan tersenyum. Senyuman paling manis
yang pernah aku lihat menurutku.
"Aku Sofia, kakak siapa?" Tanya anak perempuan
itu, sambil memberikan tangannya.
"Nama aku Tadhik," jawabku sambil meraih
tangannya. Dari perkenalan itulah, aku jadi mulai akrab
dengannya. Aku jadi tahu kalau dia juga kelas 11 seperti
adikku. Aku juga tau kalau dia hobby bermain basket.
Dia juga bilang, kalau Ditta adikku itu adalah teman
sekelasnya di tempat les. Awalnya dia mau pulang lebih
cepat dari les karena ada urusan keluarga tapi karena
hujan turun, jadi dia tidak bisa pulang dan malah
berteduh di halte yang sama dengan ku ini.
Jam sudah menunjukan pukul 20.05 WIB, mobil
yang menjemput Sofia pun sudah datang dan kami
berpamitan satu sama lain. Berharap suatu saat bisa
bertemu kembali dan mengobrol bersama.
Keesokan harinya, aku bercerita tentang Sofia
dan kejadian semalam kepada Ditta. Ditta bilang, kalau
Sofia adalah anak yang kalem dan sedikit jutek jika
dikelas, tapi terkadang jahil juga sama teman-temannya.
"Kamu punya nomer hp Sofia nggak dek?"
Tanyaku pada Ditta. Ditta pun memberikan nomer hp
Sofia kepadaku, ya walaupun dengan syarat yang anehaneh
sampai minta dianterin ke tempat les selama
seminggu ini. Aku pun menyetujuinya karena memang
ingin lebih tau lagi tentang Sofia.
Malam harinya aku coba untuk iseng
mengiriminya sms, sampai akhirnya Sofia tahu kalau
orang yang mengirimkan pesan iseng itu adalah aku.
Kami berdua mulai kembali mengobrol macam-macam
seperti kemarin. Saling follow di social media, sampai
saling berkirim foto yang lucu-lucu pun kami berdua
lakukan. Dari obrolan malam itu, aku jadi tahu kalau
Sofia ini bercita-cita pengen jadi penyanyi, seperti
idolanya, Taylor Swift.
"Kakak tahu JKT48 nggak? Aku pengen lho jadi
kayak mereka, bisa nyanyi dan dance diatas panggung
sambil diidolain ribuan penonton," Bilang Sofia padaku
"Tahu, idol grup yang lagi booming itu kan?"
jawabku. "Kalau kamu emang pengen dan niat mau jadi
kayak mereka, kamu daftar aja. Kayaknya ada
pendaftaran anggota baru disana."
Sofia bilang kalau suara dan dancenya biasa aja,
gak begitu jago. Ia sempat ragu apakah bisa diterima
menjadi member JKT48 atau nggak. Akupun bilang pada
Sofia, kalau ada teman kuliah aku yang bisa mengajari
les vocal dan pintar dance. Aku menawarinya untuk mau
aku kenalkan pada temanku itu dan ternyata Sofia mau.
Hari-hariku dikampus sekarang menjadi lebih
menyenangkan dan tidak monoton seperti dulu, karena
sekarang ada Sofia. Setiap sore sepulang sekolah, dia
selalu pergi ke tempat latihan vocal dan dance temanku
yang ada dikampus. Akupun yang awalnya setiap selesai
kulaih langsung pulang kerumah, sekarang mempunyai
kegiatan baru, yaitu melihat dan menemani Sofia
latihan. Sofia adalah anak yang berkemauan keras dan
memiliki semangat yg tinggi dalam belajar, dia keliatan
bersungguh-sungguh dalam latihan.
Semakin lama aku semakin dekat saja
dengannya, bahkan sekarang kalau pulang latihan
terkadang aku mengantarnya pulang kerumah. Aku yang
merupakan anak pemalu dan pendiam, baru pertama
kali ini bisa dekat dengan anak perempuan, selain
dengan Ditta adikku sendiri. Perasaan yang awalnya
hanya teman perlahan berubah menjadi rasa sayang,
dimana rasa sayang ini berbeda dengan yang aku
tunjukan pada Ditta adikku.
"Apa aku jatuh cinta dengan Sofia?" Pertanyaan
itu mulai muncul didalam benakku. Sofia memang anak
perempuan yang masuk dalam tipe cewek idamanku.
Sifat ramah dan kelemnya itu buat aku merasa nyaman
didekatnya, apalagi kalau melihat Sofia tersenyum
perasaan ini semakin gak karuan aja. Ya walupun kadang
sifat jutek dan jahilnya itu nyebelin tapi itulah yang
membuatku terkadang kangen dan ingin bertemu
dengan Sofia.
Beberapa bulan berlalu dan ternyata Sofia lolos
dan menjadi anggota baru JKT48. Dia berhasil
mengalahkan ribuan peserta yang lainnya. Aku ikut
senang mendengar berita itu. Aku tau kalau Sofia yang
selalu bekerja keras dan pantang menyerah pasti bisa
mendapatkan apa yang dia inginkan, ya seperti jadi
anggota idol grup JKT48 ini.
Sejak Sofia menjadi anggota JKT48, aku jadi
jarang bisa bertemu dengannya. Bahkan untuk sekedar
mengobrol dengannya lewat social media pun sudah
tidak bisa. Sofia sekarang sudah sibuk dengan rutinitas
barunya di JKT48. Hingga aku tahu, kalau JKT48
mengadakan event handshake pada bulan Desember
ini, dimana aku bisa bertemu kembali dengan Sofia
setelah sekian lama. Aku pun segera berangkat ke
tempat event tersebut, sambil membawa sebuah kado
kecil untuk diberikan kepadanya. Di dalamnya aku
berikan surat dan sebuah kalung dengan liontin
berbentuk cherry berwarna pink. Akupun mulai menulis
sebuah surat untuknya.
****
Haii Sofia yang jahil, hehe...
Udah lama ya kita gak ketemu, ngobrol bareng,
bercanda bereng lagi, saling nasehatin dan jahilin satu
sama lain ^_^ semoga kamu gak lupain aku ya.
Oh iya, aku ikut senang nih, kamu udah jadi terkenal
sekarang sejak jadi anggota JKT48. Udah mulai dikenal
banyak orang, udah mulai punya banyak fans yang
perhatiin kamu persis deh ya sama impian yang kamu
ceritain waktu pertama kali kita ketemu dulu. Semoga
kamu gak cepat puas diri sama apa yang kamu capai
sekarang ini, ya. Teruslah bersemangat dan mau untuk
belajar setiap harinya. Sampai kamu belum menjadi
sebuah bintang yang bersinar terang, terus miliki
kekuatan dan kemauan untuk mengejar mimpi, ya!
Jika kamu gagal, janganlah menyerah dan putus asa,
karena kesempatan untuk bersinar dan menjadi seorang
bintang pasti akan terlihat didalam diri kamu dan
muncul disetiap senyuman manis yang kamu berikan
kepada fans yang telah mendukungmu.
Tetap lah menjadi Sofia yang sederhana, yang ramah
dan kalem ya. Jangan merasa sombong dan merasa
paling hebat dari yang lain, selalu melihat kebawah dan
selalu ingat dengan orang-orang yang sayang dan
dukung kamu selama ini.
Aku memang gak bisa seperti fans yang selalu ada buat
mendukung kamu di setiap kamu show bareng JKT48.
Tapi aku akan selalu ada buat kamu, dibelakang kamu,
walaupun itu hanya melalui sebuah doa dari kejauhan.
Aku akan selalu mendoakan yang terbaik buat karir
kamu. Semangat terus yaa!
Sampai ketemu dilain waktu lagi ya, Sofia...
Salam sayang,
Kak Tadhik.
****

Setelah menunggu lama di tempat event
handshake JKT48, akhirnya tiba waktu aku untuk bisa
bertemu dengan Sofia. "Haii Sofi, udah lama ya kita
ngga ketemu? Hehe," Kataku, membuka pembicaraan
ketika awal bertemu dengannya didalam sebuah bilik
handshake.
"Wah kak Tadhik, tumben nih datang ke event
JKT48. Dari dulu kan kakak jarang datang ke acara kayak
gini," balas Sofia dengan senang dan tetap memberikan
senyuman manisnya.
"Udah lama ga ketemu kamu, jadinya kangen
nih," jawabku, menggoda Sofia.
"Maaf ya kak, sejak aku jadi anggota JKT48 aku
emang susah untuk punya waktu luang sama keluarga
dan teman-teman aku. Jadi maaf kalau selama ini kita
jarang ketemu lagi," jawab Sofia, yang sepertinya
merasa tidak enak kepadaku.
"Gak apa-apa, kan menjadi idola banyak orang
itu impian kamu selama ini, jadi lakuin yang terbaik ya!
Jangan kecewain aku yang udah latih kamu selama ini
hahaha."
"Huuu, kakak kan gak pernah ajarin aku apaapa,"
jawab Sofia kembali tersenyum kepadaku.
"Oh iya, ini ada hadiah kecil buat kamu tapi
bukanya dirumah aja ya," kataku sambil memberikan
sebuah kotak kepada Sofia sebelum pergi meninggalkan
dia.
Dan tidak terasa waktu bersamadan bertemu
dengan Sofia sudah berakhir. Mungkin sudah saatnya
aku hapus perasaan suka yang selama ini aku pendam
dan belum terucapkan kepada Sofia dan mulai kembali
ke kehidupan aku yang dulu. Yang berjalan seperti
biasan tanpa adanya sebuah penyemangat seperti Sofia.
Esok harinya setelah bertemu dengan Sofia yg
terakhir kalinya, aku dan keluargaku memutuskan
pindah ke kota Malang, Jawa Timur. Untuk mengikuti
ayahku yang pindah tugas disana. Semoga jarak yang
jauh antara aku dan Sofia ini tidak membuat dukungan
dan perasaan ini berubah
Semangat terus Sofia!
Always believe that something Wonderful is
about to happen, never give up stay focused stay
positive and stay strong

Credit
-Filosofia INA
-Manshur Murtadhi