Dari Hati Sampai Mati
Hari ini adalah hari pertama seleksi wartawan di
SFM Studio. SFM studio adalah suatu Perusahaan
penerbit Koran yang cukup terkenal di Jakarta. Oh iya,
nama gua Jumhur Nur Ultan Shan. Biasa dipanggil
"Jum", "Jung", atau "cyin". Ehh sebenernya yang "cyin"
engga hehe.
Gua bangun pagi banget bahkan sebelum adzan
subuh berkumandang. Udah mandi, udah ganteng, gua
bener-bener siap untuk seleksi hari pertama. Sambil
menunggu, gua pun membuka gadget kesayangan untuk
sekadar online game Clash Of Clans. Tak terasa sudah
jam 6 pagi dan gua pun sarapan lalu berangkat ke
tempat seleksi dengan naik bis. Sampai di gedung SFM
Studio, gua mulai absen kehadiran untuk seleksi
pertama, yap gua dapet nomor peserta 9. Gua Makin
bersemangat aja karena dapet nomor favorit.
Seleksi pertama berbentuk ujian tertulis seputar
wartawan. Gua duduk disebelah perempuan pake baju
pink yang keliatannya cukup berotot dan mukanya agak
jutek. Yap dia adalah peserta nomor 10. Dipertengahan
menjawab soal ujian, gua ragu dengan beberapa
jawaban gua. Bahh sialnya, gua gak bawa penghapus.
39
Gua lihat peserta nomor 10 punya dua penghapus. Agak
takut juga sih, pinjem penghapus ke perempuan yg
belum dikenal ditambah mukanya jutek dan badannya
agak berotot.
"kak, boleh pinjem penghapusnya gak?" Tanya
gua, baik.
"iyaa boleh. Nihh," balasnya lembut
"makasih yaa," balas gua lagi
Sesudah meminjam penghapus, gua lanjut lagi
mengerjakan soal ujian. "Tok! Tok! Tok!" Yap waktu
mengerjakan sudah habis. Gua mengembalikan
penghapus tadi ke peserta yang bernomor 10. Ketika
keluar ruangan, gua cukup kepikiran sama itu
perempuan. Tapi gua gak cukup jantan untuk maju
kenalan sama perempuan. Hari itu, dia gua lupain.
Hari kedua seleksi, kali ini adalah tes berbicara di
depan umum. Karena nomor peserta gua berdekatan
dengan perempuan kemaren, jadi hari ini dia ngantri
persis dibelakang gua. Hari ini dia pake baju pink lagi
dan motif bajunya hampir sama kayak motif baju pink
yang dia pake kemarin. Well ini perempuan cukup
mengganggu fokus gua hari ini. Gua coba beraniin diri
untuk menanyakan namanya.
"hai," gua memulai pembicaraan.
40
"hai juga," balas peserta perempuan yang duduk
disebelah gua.
"hmm, nama lo siapa?"
"Sofia hehe.., kalo lo?" tanya ia balik.
"Gua Jumhur. Oh iyaa, makasih ya penghapusnya
kemaren. Gua kelupaan bawa, hehe."
"iyaa gapapa, elu sih teledor sampe lupa bawa
penghapus haha," tawa Sofia.
Dan percakapan singkat itu membuat gua makin
kepikiran sama dia. Maklum saja, gua udah hampir 14
bulan gak ngobrol sama cewek, kecuali nyokap sama
adek gua. Ketika gua masuk ruang tes, gua bener-bener
hilang fokus. Dan waktu pengujinya nanya beberapa hal,
gua cuma jawab beberapa patah kata. Gua agak nyesel
karena gak bisa ngasih yg terbaik di tes berbicara itu.
Setelah keluar dari ruangan tes, gua berhenti sejenak.
Gua kepikiran lagi sama sofia. Yaa, sip, gua udah tau
namanya sekarang.
Gua mencoba beranikan diri untuk mengajak dia
makan siang di kantin. Gua menunggu sekitar 30 menit
diluar ruang tes tadi. Dan tak lama kemudian, dia keluar.
"Ekhemm.. Udah?" tanya Gua, memulai obrolan.
41
"Udah dong.. Lu tadi gimana? Lancar gak tesnya?"
tanya ia balik.
"Yaa gitudehh.. Ehh iya, mau makan siang bareng
gak?"
"Wahh nge gas banget lo haha… Boleh deh, yuk."
"Hahaha… Okee!" Berhasil! Dia mau makan siang
sama gua! Niat nya sih gua cuma mau kenal lebih deket
aja. Sekalian ngasah kemampuan berbicara dengan
perempuan.
"Ehh iya sof, cerita dong gimana waktu tadi lo di
dalem?"
"Cerita apaan? Yaa gua lancer-lancar aja kok. Lo
sendiri gimana?"
"Gua agak patah-patah tadi ngomongnya."
"Loh kenapa? Lo pasti lupa latihan ya? Lo mah dari
kemaren teledor mulu haha.."
"Yaa latian sih gak lupa, gua cuman grogi tadi."
"Yaudah, nanti malem lo latihan bareng gua aja
untuk tes analisis besok, gimana? Biar lo gak teledor
lagi" tawar Sofia, mengajak Jumhur latihan untuk tes
analisis besok.
"Serius nih? Okeedehh.. Latihan dimana?"
42
"Dirumah gua aja, nih alamatnya," Sofia
memberikan secarik kertas yang didalamnya tertulis
sebuah alamat rumah.
Dia ngasih secarik kertas tanda pengenal. Dan
ternyata alamat rumahnya terletak disalah satu
perumahan elit di Kota Jakarta yang gak terjangkau bis
favorit gua. Artinya, malam ini gua harus pinjam motor
astrea punya bokap gua untuk pergi kerumah sofia.
Tepat jam 4 sore, gua berangkat menuju rumah Sofia
dengan dibimbing oleh secarik kertas yang diberikan
Sofia, saat makan siang tadi. Gua udah dandan
seganteng mungkin, untuk bertemu dengan Sofia.
Sampai dirumahnya, gua liat pintu rumahnya
ditutup dan gak ada jendela yang terbuka. Udah jam 5
sore dan lampu juga belum nyala. Gua coba turun dari
motor dan coba menekan bel rumahnya. Pas gua mau
pencet bel, tau-tau ada anjing disitu.
"Guk! Guk! Guk! Guk! Guk!"
"Ehh copot lo kambing!" Teriak gua. Serentak gua
kaget dan jatuh di halaman parkirnya rumah Sofia.
Untung anjingnya di kandangin, kalo enggak, udah
bolong bokong gua. Tiba-tiba pintu rumah kebuka dan
ternyata Sofia yg buka.
"Hai! Hahaha ngapain lo disitu Jum?" tanya Sofia.
43
"Yee elu sih gak keluar, anjing lu tuh, ngagetin
gua."
"Hahaha… Sorry deh! Ayuk buruan masuk, tenang
aja, udah dikandangin kok. Yuk!" ajak Sofia.
Gua pun beranjak lalu masuk rumah. Di dalam,
gua disambut adik kecilnya Sofia. Namanya Vanessa. Oh
iya, gua membawa coklat favorit gua yang nantinya
akan gua kasih ke Sofia. Dia senang banget keliatannya.
Yaa meskipun bukan coklat mahal, at least gua ngasih
dia sesuatu sebagai tanda terimakasih udah ngajak gua
latihan bareng.
"Sof, kok sepi?" tanya gua.
"Iyaa, orang tua gua lagi keluar, ke acara nikahan
temennya."
"Oalah.."
"Ehh iyaa, makasih yaa coklatnya, hehe."
"Iyaa sama sama, ehh mau latihan dimana?"
"Di toilet tuh hahaha… Di halaman depan aja
yuk?"
"Yeuu canda mulu, hahaha… Boleh-boleh."
Sambil gua latian, gua pandangin dia terus. Kali ini
dia bikin gua benar-benar extra bersemangat dan gak
44
grogi lagi. Seneng banget dan gua gak nyangka dua hari
ketemu gua udah bisa latihan bareng. Sampai-sampai
gak kerasa udah jam 8 malam. Dan waktu gua mau
pulang, orang tua Sofia datang.
"Malam om tante," kata gua sedikit kalem.
"Malam juga.. Kamu Jumhur?" tanya ibunya Sofia.
"Iyaa tante hehe.. Saya pamit pulang dulu tante
om, makasih saya udah dibolehin mampir."
"Lohh lohh kok buru-buru? Yaudah hati hati
dijalan yaa."
"Iyaa om makasih hehe.. Sof, tante, om, Vanessa,
hihi aku pamit pulang dulu yaa," kata gua, berpamitan
pulang dengan orang rumahnya Sofia.
"Iyaa hati-hati yaa."
Sejak latian bareng itu, gua jadi sering bbm-an
sama dia. Yahh boleh maklum hp gua cuma BB bekas.
Dan sejak latian bareng itu juga, gua jadi susah tidur dan
selalu kepikiran Sofia terus. Persiapan untuk tes analisis
besok, gua udah siap dan percaya diri banget.
Paginya ada yg berbeda hari itu. Untuk pertama
kali setelah 14 bulan, di bbm gua berkata, "Good
Morning" untuk Sofia. Sofia pun merespon bbm gua
dengan kalimat "Iyee, good morning juga! Semangat yee
45
lu awas jangan sampe grogi." Gua bener-bener makin
kenceng pingin langsung ke Gedung SFM Studio. Sampe
disana jam 7 pas dan gua langsung ketemu Sofia. Lagilagi
pakaian dia bertema warna pink hari ini. Tapi bukan
bajunya, melainkan ia menggunakan jaket yang
berwarna pink. Gua langsung nyamperin dia.
"Hai sof!"
"Hai juga Jum! Good luck yee, semangat!!"
"Yoi, lu juga good luck ya!"
Tes analisis dilakukan diruangan yang berbedabeda,
jadi hari itu gua gak didekat Sofia. Dan hal itu
ternyata membuat latian gua semalem kabur! Yang ada
di pikiran gua saat itu cuman ada Sofia, Sofia dan Sofia.
Karena itu gua jadi kesulitan untuk menganalisis berita
yang dikasih ke gua. Setelah selesai menganalisis berita,
lagi-lagi gua keluar ruangan dengan muka ruwet. Karena
kangen, gua langsung keruangan Sofia.
Dia ada di lantai 2, ruangan nomor 3. Ketika gua
samperin, dia masih didalem dan sedang menganalisis
berita. Gua memperhatikannya dari luar jendela sambil
jinjit karena kaca jendelanya tinggi banget dan gua
cuman seorang pria dengan tinggi badan yang standart.
Akhirnya gua putusin untuk menunggunya di depan
ruangan tempat dia tes. Karena keenakan duduk di sofa,
gua ketiduran di sofa itu.
46
"Woi! Woi! Bangun, lo kenapa bisa ngorok disini
sih? Hahaha."
"Engh zzz.. Sorry sorry, gua ketiduran tadi. Lu sih lama
tesnya."
"Hmm.. Lo nungguin gua?" tanya Sofia.
"Iyaa.. Ehh enggak, ehh iyaa maksudnya iyaa."
"Hahaha… Repot repot banget sih sampe
nungguin gitu. Makan yuk?" aja Sofia.
"Yaudah, yuk!"
Sambil makan, gua masih kebayang senyumnya
waktu dia ngajak gua makan siang. Itu adalah senyum
termanis kedua setelah senyuman ibu gua. Senang dan
adem banget. Tapi waktu Sofia nanya gimana tesnya,
gua cuma bisa nyengir-nyengir gak jelas.
"Ehh lo kenapa ditanya malah nyengir? Hahaha."
Tanya Sofia, sambil menikmati makanan yang ia pesan.
"Gak tau dehh pokoknya begitu tadi hahaha."
"Pasti lo grogi lagi deh? Iyaa kan?" selidiknya.
"Hmm iyaa Sof, hehe."
"Yuee gimana sih, lo kan udah latihan sama gua
semalem. Ayo dong, jangan grogi!"
47
"Iyaa iyaa.. Besok tes terakhir gua usahain gak
grogi. Calon wartawan gak boleh grogi, right?"
"Iyee hahaha."
Tidak seperti biasanya, setelah makan, Sofia
langsung pulang dengan dijemput oleh ayahnya.
Biasanya ia membawa mobil sendiri. Gua pun juga
pulang, dengan kepala penuh pikiran tentang Sofia.
Padahal besok tes terakhir dan gua harus bisa percaya
diri. Sampai dirumah, ibu gua udah nyiapin makanan
yang enak. Tumben sih ibu gua masak makanan seenak
sop ayam sama tumis kangkung. Untungnya rasa
kekeluargaan dirumah gua masih sangat kuat, jadi apa
saja makanannya bakalan kerasa enak. Selesai makan,
gua balik kekamar untuk latihan tes praktek wawancara.
Ternyata ada miscall dari Sofia. Dan bbm gua penuh
sama ping-annya Sofia.
"Jum, gua mau curhat, please!! :(" pesan Sofia, di bbm.
Seketika gua bingung, khawatir dan panik. Gua
coba telpon Sofia, untung ada gratisan nelpon sejam
kesesama operator, jadi gua harus berani untuk nelpon
dia. Ketika diangkat, Sofia nangis dan bilang ke gua
kalau orang tuanya berantem. Gua bingung dan gak tau
harus bagaimana. Gua cuma bisa ngasih semangat dan
dukungan dari rumah, dan ngingetin dia kalo besok ada
tes praktek. Gua menyuruh Sofia untuk istirahat
sejenak.
48
Malam itu gua bingung dan malah kepikiran Sofia
menangis. Setelah semalaman galau, gua mulai
mengantuk dan tertidur.
Paginya seperti biasa, gua semangat untuk
berangkat. Apalagi tes terakhir telah didepan mata dan
gua harus fokus. Sampai di tempat praktek, gedung SFM
Studio, gua belum melihat tanda-tanda dari Sofia.
Padahal tes praktek dimulai jam 07.45 Pagi, dan itu
mulai bikin gua turun semangat. Gua mencoba untuk
menghubunginya tapi gua takut kalau dia terganggu.
Sampai saat tes praktek dimulai, Sofia belum dateng
juga. Gua menunggu giliran dipanggil untuk tes, sambil
menunggu Sofia tiba. Gua semakin khawatir, sampai
tiba giliran gua tes praktek. Tes praktek itu gua bisa
fokus dan percaya diri, meskipun kurang bersemangat.
Setelah gua selesai, harusnya Sofia yang tes praktek.
Setelah dipanggil namanya sampai lima kali, Sofia tak
juga muncul.
Gua mencarinya di antrean dan dia juga gak ada.
Akhirnya lanjut ke peserta dengan urutan nomor 11.
Sampai peserta ke 60, Sofia tak kunjung tiba. Setelah
tes, gua lari menemui pengujinya untuk menanyakan
apakah bisa ikut tes susulan atau tidak. Dan ternyata
jawabannya bisa. Tapi batasnya hanya sampai jam 7
pagi besok.
49
Atas dasar informasi itu, gua niatin untuk
berangkat ke rumah Sofia. Karena gak bawa motor dan
gak ada bis yang lewat perumahan, jadi gua putusin
untuk keluar biaya lebih, naik taksi. Tiba disana, dompet
gua semakin tipis. Gua gak berani menekan bel
rumahnya, karena gua tau pasti suasana rumahnya
masih panas. Gua coba untuk menelpon Sofia dengan
pake sisa gratisan nelpon semalem. Ia gak ngangkat
telpon dari gua, dan rumahnya terlihat sangat sepi sama
seperti waktu gua datang latihan kemarin.
Gua memberanikan diri untuk menekan bel
rumahnya Sofia dan kali ini gua udah gak kaget sama
anjing peliharaannya Sofia. Dua kali gua menekan bel
akhirnya ada yg bukain pintu dan ternyata itu adalah
Vanessa.
"Halo Vanessa, kakak ada?" tanya gua.
"Ada kok, lagi nangis diatas. Kakkak masuk aja."
Gua diantar sama Vannesa menuju kamarnya
Sofia. Tapi sampai di depan kamarnya, gua gak berani
untuk mengetuk pintunya. Gua merasa gak enak masuk
ke dalam kamar cewek, apalagi gua ini adalah seorang
cowok. Akhirnya gua menyuruh Vanessa yang manggil
Sofia, sementara gua nunggu diluar. Vannesa keluar dan
berkata, "Kak Jumhur, Kak Sofianya nyuruh masuk."
50
"Yahh, tapi kak Jumhur malu, gak enak kalo masuk
kamar."
Akhirnya gua masuk karena Vannesa memaksa
dan menarik tangan gua sampai ke depan pintu
kamarnya Sofia. Dari depan pintu kamarnya, gua
mendengar Sofia sedang menangis di dalam kamar.
Vannesa membukakan pintu kamar dan benar saja,
Sofia sedang menangis di dalam kamarnya dengan
menggunakan pakaian rapi. Gua rasa itu adalah pakaian
yang harusnya ia pake untuk tes praktek wartawan.
"Sof, gua disini. Ada yg mau lu ceritain?"
"Gua sedih Jum, gua gak mau kalau orang tua gua
berantem," Sofia menangis. Sofia menangis dengan
begitu kencang sambil memeluk bantal guling nya. Gua
nyuruh dia berhenti nangis dan sabar. Lalu, tiba-tiba ibu
gua nelpon nanyain gua dimana. Gua bilang kalau
sekarang lagi dirumahnya Sofia dan ibu gua
memakluminya kalau gua bakal pulang malam hari itu.
Jam menunjukkan pukul 8 malam, tapi orang tua Sofia
belum juga pulang. Waktu gua tanya Vanessa, ternyata
Sofia belum makan dari tadi pagi. Gua kaget dan
langsung ke dapur untuk membuatkannya makanan. Di
dapur, dengan bahan seadanya, gua membuatkan telor
sama chicken nugget untuk makan malamnya Sofia dan
Vanessa.
51
Setelah masak, ini dia bagian yang tersulit,
membujuk perempuan agar mau makan ketika dia lagi
sedih. Berkali-kali gua membujuk Sofia agar mau makan,
tapi Sofia tetap menangis dan tak merespon bujukan
gua. Berkali-kali sampe gua menawarkan diri
menyuapinnya makan dan tetap saja dia gak mau.
Sampai waktu menunjukan pukul 9 malam, Sofia masih
saja menangis. Orang tuanya pun belum pulang.
Gua mau tinggal pulang tapi kasihan Sofia sama
Vanessa, gak ada orang yang jagain mereka berdua.
Akhirnya gua putusin untuk menemani Sofia dulu sampe
orang tuanya pulang. Gua menelpon ibu dan bilang
kalau gua bakal pulang agak larut malam. Entah
transportasi apa yang harus gua gunakan kalau pulang
malam hari.
Terlalu lama menunggu, gua ketiduran di sofa
ruang tamunya Sofia. Sofia yang sudah berhenti
menangis itu dateng dan membangunkan gua yang
ketiduran di sofa ruang tamunya. Ternyata sudah jam 11
malam dan orang tua Sofia belum juga pulang. Vanessa
sudah tertidur dikamarnya dan Sofia baru saja selesai
memakan-makanan yg tadi gua masak untuknya.
Setelah dia makan, aku memberi tahu bahwa besok dia
masih bisa ikut tes praktek jam 7 pagi. Tapi dia ragu
untuk ikut tes, karena masih terlalu dibebani pikiran
tentang orang tuanya.
52
Entah kemana tapi sudah jam 12 malam dan orang
tua sofia belum juga pulang. Sampai akhirnya tepat jam
12.30, Ibu Sofia pulang. Syukurlah, akhirnya gua bisa
pulang, tapi gua tak tau harus pulang dengan naik apa
karena sudah pukul 12.30 malam.
"Tante saya pulang dulu, sof balik dulu yaa gua,"
kata gua, berpamitan.
"Kamu naik apa nak? Udah jam segini kamu gak
bawa kendaraan. Kamu nginep sini aja dulu ya?"
"Waduh, saya pulang aja deh tante, gapapa hehe,"
kata gua sambil nyengir gak jelas.
"Bener? Atau kamu pake dulu motor Sofia yang
ada di garasi. Besok pagi kamu jemput Sofia kesini,"
tawar ibunya lagi.
"Yaudah tante, makasih banyak ya tante. Makasih
banyak sofia," kata gua, berpamitan dengan ibunya dan
juga Sofia. Gua pulang menggunakan motor matic milik
Sofia. Lagi-lagi motornya warna pink, dan ternyata
kamarnya juga berwarna pink. Sudah dipastikan, Sofia
adalah penyuka pink. Gua sampai dirumah tepat jam 1
malam, hampir dini hari. Gua langsung tidur karena
besok harus jemput Sofia dan mengantarnya ke SFM
studio untuk ikut tes praktek susulan.
53
Gua hanya tidur 3 jam lebih, gua sudah bangun
dan bersiap menuju rumah Sofia. Yap, jam 5 pagi gua
berangkat dan sampai disana hampir jam 6 pagi.
Ternyata Sofia sudah menunggu kedatangan gua di
depan rumahnya. Gua langsung mengantar dia ke SFM
Studio untuk tes praktek susulan. Dia benar-benar
terpuruk, gua mencoba kasih semangat ke dia dan juga
memberi coklat favorit gua agar moodnya kembali. Gua
berharap semoga Sofia tetep semangat dan bisa focus
saat tes praktek susulan.
Gua menunggu disofa depan ruangannya. Sampai
jam 8, Sofia belum juga keluar dari ruangan itu. Ketika
gua intip sedikit, Sofia masih tes praktek. Gua lupa,
kalau dia belum makan tadi pagi karena dia udah
nunggu gua pagi-pagi sekali. Gua pergi ke kantin untuk
beliin dia sarapan. Tiba dikantin, gua beli nasi uduk
sama teh manis. Ya, semoga dia suka karena ini yang
gua makan setiap pagi. Ketika balik ke corridor ruangan
tadi, ternyata Sofia udah gak ada.
Gua panik dan kebingungan mencarinya. Gua coba
ping dia di bbm. Karena bbm gua gak di balas, akhirnya
gua putarin gedung SFM. Naik turun dari lantai 1 ke
lantai 2, dari lantai 2 ke lantai 3, dari lantai 3 ke lantai 4,
dan dari lantai 4 ke lantai 5, lalu balik lagi tapi gak
ketemu juga. Gua khawatir dia udah pulang sendiri. Dan
hal melegakan akhirnya datang, waktu gua ke motor
untuk pergi nyari Sofia, ternyata dia lagi minum jus.
54
"Jum, makasih banyak ya, lo udah nemenin gua,
nganterin gua, merhatiin gua dan lain lainnya. Gak
nyangka ya, sebuah penghapus bisa membuat kita
sedeket ini," kata Sofia, sambil menikmati jus yang ia
beli.
"Heii iyaa sama-sama. Ah biasa aja kok, hehe.
Sekarang mau kemana?"
"Gua mau minta ijin sama lu, untuk nginep di
rumah lu. Seenggaknya sampai kondisi keluarga gua
normal lagi."
"Tapi? Vanessa gimana? Orang tua lu gimana?"
"Vanessa ikut sama mama ke rumah mama yang
ada di bandung, papa pergi ke bogor kerumah kakaknya.
Dan gua gak mau ikut salah satu dari mereka,"
terangnya.
"Serius mau nginep dirumah gua? Tapi kan rumah
gua kecil, gak ber-AC cuma pake kipas angin dan gak ada
makanan enak kayak dirumah lu."
"Gapapa Jum, gua gak butuh itu kok, gua cuma
butuh temen kayak lu."
"Yaudah kalo gitu yuk."
"Yuk."
55
Gua gak pernah nyangka, kalo hal ini bakal terjadi.
Ya malam ini bakal jadi malam perang paling dasyat
antara gua dengan nyamuk-nyamuk, karena gua harus
relain kamar tidur gua itu untuk dipake tidur sama Sofia
sementara waktu, gua tidur di kursi depan tv. Selama
ini, sejak hari pertama tes di SFM studio, gua ngerasa
kalo gua suka dan jatuh cinta sama Sofia. Dia punya
karakter yang gak semua cewek punya. Baik hatinya, dia
juga ramah, mau menolong, easy going, murah senyum,
selalu membagi suka meskipun sekarang kena dukanya
tapi tak apa, ia selalu semangat dan jadi penyemangat
bagi orang disekitarnya. Mood booster banget, dia juga
penyayang, dermawan dan masih banyak lagi.
Dia juga suka warna pink, dan dia itu b-e-r-o-t-o-t.
Kalau udah senyum, manis banget dan ngangenin. Tapi
gak mungkin kalau gua berusaha memiliki dia. Dia
belum tentu mau sama orang seperti gua yang hanya
kalangan menengah. Ganteng juga pas-pas-an. Tapi
yang namanya cinta, kalau gak diungkapkan nantinya
akan jadi bom bunuh diri.
Besok pagi gua bakal ngungkapin perasaan gua ini
ke Sofia, gua harap dia terima dengan baik. Waktunya
gua untuk tidur. Tepat saat adzan subuh gua terbangun.
Setelah rapi-rapi, gua hendak mandi tapi pakaian gua
ada dikamar. Terlintas dalam pikiran gua untuk jogging
pagi hari. Gua jogging sampe jam 6 pagi. Dan sofia
belum juga bangun. Saat gua ketok pintu kamar gua jam
56
6.30 belum juga ada suara. Pintu kamar masih terkunci.
Gua tunggu sampai jam 7 pagi, akhirnya Sofia bangun
juga dan dia langsung disambut ibu dan bapak gua. Gua
tersenyum melihat senyum kucel nya dia yang baru
bangun tidur. Tetep manis sampai lupa copot kaos kaki.
Dia ambil giliran mandi duluan dari gua, gua harap
dia gak rewel sama kamar mandi gua yang gak ada
showernya. Selesai mandi, dia senyum lagi dan bikin gua
tambah males mandi. Jam 7.30 pagi, barulah gua mandi.
Itu adalah mandi gua yg paling kesiangan. Setelah
mandi, Sofia diajak ibu gua makan bersama. Inilah
tradisi keluarga gua, makan bersama. Setelah selesai
makan, Sofia terlihat semakin menggemaskan dengan
wajahnya yang puas karena sudah kenyang. Sepertinya
ini waktu yg tepat untuk mengungkapkan isi hati gua.
"Sof ke taman depan yuk?" gua memberanikan
diri.
"Yuk."
Sampai ditaman depan, gua ngasih dia sebuah
coklat untuk yang ketiga kalinya. Dan gua berkata.
"Sof, pagi ini cerah yaa," kata gua, sedikit basabasi.
"Hahaha.. Kenapa lo? Iyaa nih cerah."
57
"Gapapa, secerah hati lo yaa? Ehh engga deh, hati
lu lagi mendung."
"Ehh enak aja, gua udah gak galau lagi Jum. Emang
elu, galau mulu hahaha…" ledek Sofia.
"Yeuu gaya lu."
"Ehh iyaa bagus loh taman disini," ucap Sofia,
sambil memandangin taman di sekitar.
"Masa sih? Hmm Sof, ada yg mau gua sampein,"
kata gua, sedikit malu-malu.
"Ekhemm gua denger kok," jawab ia, sambil
tersenyum manis yang bikin nyali gua makin ciut. Tapi
gua harus berani. Dan untuk pertama kalinya dalam 14
bulan gua akan mengungkapkan kalimat cinta kepada
seorang perempuan yang sangat gua cintai ini.
"Hmm sebenernya yang selama ini menyebabkan
gua selalu hilang fokus dan teledor itu bukan karena gua
gak latihan untuk seleksi. Tapi ada satu hal yang
membuat gua juga bisa patah semangat kalau hal itu
gak ada di deket gua."
"Hal itu apa Jum?" tanya Sofia.
"Hal itu adalah seorang wanita yang baru baru ini
sudah tanpa disengaja memikat hati gua."
58
"Ekhem ekhem, siapa yaa?" tanya Sofia
penasaran.
"Wanita itu…"
"Aku?"
"Hah? Bukan maksudnya iya, ehh bukan. Serius
bukan, tapi iya.. Ehh"
"Jum, aku udah sadar kok selama ini, sebenarnya
aku nunggu kamu untuk ungkapin perasaan. Aku tau
sejak kamu ngasih aku coklat, nemenin aku dirumah,
buatin aku makanan, ngasih tempat tidur juga, terus
kamu juga selalu hadir di setiap masalah yang aku dapat
belakangan ini. Kamu bahkan peduli sama karir
wartawan aku. Dan aku sangat bangga, ketika melihat
kamu harus naik turun lantai buat nyari aku sewaktu
habis tes praktek. Aku pun juga jatuh hati sama kamu."
"Hmm hahaha…" gua salah tingkah.
"Kok malah ketawa sih, ihh jahat," kata Sofia
dengan nada yang sedikit manja.
"Aku seneng Sof, aku gak nyangka aja bisa
kebongkar langsung sama orangnya hahaha… Makasih
kalau kamu juga punya perasaan yang sama kayak aku."
"Hihi.. Jadi jangan pernah grogi lagi ya kalo ada
aku, jangan pernah hilang fokus kalau lagi ada aku, terus
59
kamu harus selalu semangat meskipun aku lagi gak ada
disekitar kamu hehe."
"Siap! Aku akan selalu semangat. Eh iya, dimakan
dong coklatnya. Aku belum pernah liat kamu makan
coklat itu hehe."
"Bagi dua mau?"
"Boleh hehe."
"Mau? Beli kali hahaha…" Sofia tertawa.
"Lahh? Woo pelit hahaha…"
Itu adalah pagi yang sangat tak terlupakan
untukku. Keceriaan pagi itu rasanya seperti
menghilangkan duka yang sedang Sofia alami.
Rencananya hari itu gua akan antar dia pulang
kerumahnya, tapi ketika sampai disana, rumahnya
masih kosong. Ibu dan bapak Sofia belum juga pulang.
Lalu gua kembali kerumah gua bersamanya.
Siang itu, Sofia menemani adik gua main congklak.
Senang rasanya dan damai melihatnya tersenyum dan
tertawa bersama adek gua. "Sof, aku mencintaimu,"
Dalam hati gua berkata begitu.
Sampai seminggu ini, dia terus tinggal bersama
keluarga gua, orang tuanya belum juga ada kabar. Sofia
makin khawatir, dan gua ikut khawatir ngeliat dia sedih
60
begitu. Akhirnya gua menawarkan dia untuk menemui
ibunya. Tapi dia pun tidak tau dimana ibunya. Sampai
akhirnya gua putuskan untuk terus mengajak dia tinggal
sama gua sampai orang tuanya kembali.
Terkadang usaha untuk mengatakan cinta tak
semudah seperti naik anak tangga dari anak satu ke
anak berikutnya. Dan mungkin beberapa rasa cinta
dapat merubah pandangan atau sikap orang yg
dicintainya.
Banyak hal yg dapat terjadi dari cinta. Begitu juga
dengan gua bersama Sofia. Bisa bersama walau beda
golongan. Dan karena alasan cinta, gua akan terus
bersama Sofia. Terus menjaganya semampu gua dan
menyayangi sepenuh hati. Dari hati sampai mati, gua
Jumhur.
"Jangan pernah takut untuk jatuh cinta, karena
setiap cinta yang baik akan membawa banyak hal positif
yang bisa berujung pada sebuah kasih sayang.
Credit
-Filosofia INA
-Jumhur Nur Ultan Shan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar